JAKARTA (BO): Rencana pemerintah untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak banyak mendapat penentangan dikalangan masyarakat. Larangan menggunakan premium bagi kendaraan pribadi merupakan upaya akal-akalan pemerintah. Apalagi harga pertamax terus naik mengikuti kenaikan harga mentah dunia.
Kenaikan itu terasa sangat memberatkan masyarakat, di tengah penghasilan masyarakat yang tidak bertambah. BBM terus naik, sebut saja untuk BBM tak bersubsidi (premium. Red) awal tahun 2012 naik Rp 550 dari Rp 6.950 menjadi Rp 7.500 per liter.
Alif Kamal, pengguna kendaraan pribadi mengungkapkan, pembatasan atau larangan pengunaan premium itu hanya akal-akalan pemerintah saja. Sebab menurutnya, dari proses pengelolaan BBM dari kilang minyak sampai menjadi bahan bakar hanya membutuhkan biaya Rp 350 per liter.
“Kenapa konversi ini hanya akal akalan pemerintah saja? Saat ini pemerintah belum menyiapkan bangunan insfrasruktur yang kuat. Konversi ini kedepan akan menimbulkan kekisruhan di masyarakat,” ujarnya.
Yang lebih parah lagi, lanjut dia, yang akan di untungkan dari konversi premium ke pertamax ini adalah perusahaan asing. Sebut saja Pertonas dan Sell mereka lebih siap di banding dengan pertamina.
Pada minggu kedua Januari 2012, dilansir oleh beberapa media nasional, bensin akan naik lagi sebesar Rp 350. Harga BBM tak bersubsidi menjadi Rp 7.850 per liter. Sedangkan untuk jenis pertamax, kenaikannya mencapai seribu per liternya.
SRMI: Siap Menggelar Aksi Besar Besaran Menentang Kenaikan BBM
Sementara itu Wahida Baharudin Upa Ketua Umum Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) yang di temui Berdikari Online di bilangan jakarta selatan mengungkapkan, sebenarnya tujuan utama pemerintah melakukan konversi dari premium ke pertamax ini adalah pencabutan secara keseluruhan subsidi bahan bakar minyak.
“Ini merupakan bagian dari konsep ekonomi Neoliberal. Yang menjadi kebutuhan dasar rakyat justru dicabut subsidinya. Imbasnya, kalau sudah minyak mahal seluruh kebutuhan hidup rakyat akan ikut melonjak drastis,” paparnya.
Masih menurut perempuan yang akrab disapa Ida ini, konversi BBM juga akan berimbas pada segala lini. Seperti misalnya, pupuk petani kian mahal, biaya sewa kos buruh kontrak makin melangit sementara upahnya tetap saja rendah, sedangkan nelayan tidak bisa melaut karena solar mahal dan lain sebagainya.
“Kalau pemerintah tetap menjalankan kebijakan ekonomi neoliberal dengan menarik subsidi BBM dan berupaya mengakali rakyat indonesia, maka SRMI akan menggalang aksi besar besaran bersama rakyat di seluruh Indonesia untuk menentang kenaikan bahan bakar minyak,” tegas Ida.
EDI SUSILO
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid