Karyawan Dan Guru British International School Mogok Kerja

Sejak pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB, sedikitnya 50 Serikat Pekerja British International School (SP-BIS) menggelar aksi pemogokan. Aksi pemogokan ini dimulai dengan mimbar bebas dan upaya mencegat bis-bis jemputan yang hendak masuk sekolah.

Dalam tuntutannya, sebagaimana tertulis dalam pernyataan sikap, mereka menuntut agar pihak yayasan segera mencabut PHK sepihak terhadap pimpinan serikat pekerja dan beberapa anggotanya.

Sari Putri, ketua SP BIS dan sekaligus korban PHK sepihak, menganggap kasus PHK sepihak tersebut sebagai upaya pemberangusan serikat pekerja. “PHK itu bertujuan untuk memberangus keberadaan SP-BIS yang selama ini dengan gigih memberikan dan memperjuangkan anggotannya,” katanya.

Pemberangusan serikat pekerja itu, kata Sari Putri, bukan saja bentuk “pelecehan” terhadap pemerintah RI dan DPR-RI sebagai pembuat dan pelaksana hukum nasional, tetapi juga sebuah bentuk penodaan terhadap gerakan buruh Indonesia.

Selain memprotes soal PHK sepihak dan pemberangusan serikat pekerja, SP-BIS juga mengangat persoalan diskriminasi antara pekerja lokal dan asing. Peter Nahusman, salah seorang pengajar di sekolah internasional ini, mengakui adaya praktik diskriminasi yang sangat kentara antara pekerja lokal dan asing.

“Seorang pekerja lokal, meskipun sudah bekerja puluhan tahun di sini, mereka hanya mendapatkan 1 bulan gaji setiap tahunnya. Sementara pekerja asing, yang baru bekerja selama dua tahun, mendapatkan bonus 25% dari total gaji setiap tahunnya,” katanya.

Menurut rencana, aksi pemogokan ini akan berlangsung selama tiga hari kedepan. Selain itu, mereka juga akan menggelar aksi ke kantor Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Tenaga Kerja.

Menurut sekretaris SP-BIS, Asih Lativaty, aksi pemogokan ini mendapatkan mendapatkan sokongan solidaritas dari berbagai serikat pekerja di Komite Untuk Kebebasan Berserikat (KUKB), seperti KASBI, SP KOJA, SP BUMN, SP Swadesi, dan LBH Jakarta.

Leave a Response