Gerakan Mahasiswa Bersolidaritas Untuk Rakyat Sumba Tengah

Mahasiswa dari berbagai organisasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur, menggelar aksi turun ke jalan kemarin (18/5) untuk menyatakan solidaritas terhadap perjuangan rakyat di Kabupaten Sumba Tengah.

Dalam aksi massa itu, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Tolak Tambang (ARTTAM) mengutuk keras tindakan kepolisian yang telah menangkap empat orang warga Sumba Tengah.

Menurut mereka, apa yang dilakukan warga Sumba Tengah hanya merupakan upaya untuk mempertahankan lahan mereka dari usaha penyerobotan oleh perusahaan tambang PT. Fathi Resources.

“Kalaupun terjadi aksi pengrusakan terhadap asset perusahaan, maka itu merupakan konsekuensi logis dari perampasan paksa lahan milik warga oleh pihak pengusaha,” kata Kristoforus A. Seno, ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) NTT.

Pada bulan Februari lalu, perusahaan tambang PT. Fathi Resources telah memulai operasionalnya di kecamatan Umbu Ratunggay. Padahal, rakyat di kecamatan tersebut sudah menyatakan penolakan terhadap operasional perusahaan itu.

Karenanya, pada 6 april 2011, puluhan warga desa mengambil inisiatif untuk menghentikan paksa operasional perusahaan. Pada saat aksi penghentian paksa itulah terjadi pembakaran terhadap mesin bor milik PT.Fathi Resources.

Kejadian itu pula yang menjadi pengusaha PT.Fathi Resources untuk melaporkan aksi para petani itu kepada pihak kepolisian. Akhirnya, beberapa saat kemudian, polisi menetapkan empat orang warga sebagai tersangka dan 16 lainnya sebagai saksi.

Pejabat NTT Kurang Merespon

Ketika menggelar aksinya di kantor DPRD Provinsi, para mahasiswa sempat dibuat kecewa karena para anggota parlemen itu mengabaikan surat pemberitahuan yang sudah dilayangkan mahasiswa beberapa hari sebelumnya.

Perdebatan panjang kedua belah pihak pun terjadi, sehingga membuat proses dialog tertunda cukup lama. Proses dialog pun gagal dilakukan di dalam gedung DPRD, melainkan di teras di hadapan massa.

Kekecewaan juga dirasakan mahasiswa saat mendatangi kantor Gubernur. Di sana, para mahasiswa gagal bertemu orang nomor satu di NTT itu karena yang bersangkutan sedang berada di luar.