Ollanta Humala, bekas kolonel yang baru saja terpilih sebagai presiden peru, telah menegaskan bahwa kebijakan ekonomi-politiknya akan diprioritaskan kepada sepertiga rakyat Peru yang jatuh dalam kemiskinan.
Ia telah mengutip perkataan dari pejuang pembebasan Afrika, Nelson Mandela, bahwa tidak ada demokrasi jikalau masih ada kesengsaraan dan kesenjangan sosial yang terus terjadi.
Penganut nasionalisme kiri ini berjanji akan mengalihkan kekayaan mineral dan pertambangan untuk rakyat miskin. Mineral, salah satu kekayaan bangsa Peru yang selama hanya dinikmati segelintir orang di Lima, akan dikembalikan untuk memakmurkan rakyat Peru.
“Petani dan kaum miskin di pedesaan akan menjadi prioritas,” kata Humala saat menyampaikan pidato pelantikan di hadapan kongres.
Humala pun tidak menunggu lama untuk memulai gebrakan. Ia berbeda sekali dengan Presiden Indonesia, yang banyak bicara tapi tidak ada gebrakan berarti. Humala meluncurkan sejumlah program: dana pensiun, menaikkan upah bulanan sebesar $ 270 pada tahun depan, pembebasan biaya sekolah bagi anak di daerah miskin, beasiswa untuk mahasiswa berprestasi, dan pembangunan rumah sakit baru di 50 kota yang paling membutuhkan.
Terhadap sumber pembiayaan program itu, Humala kelihatannya akan sangat bersandar pada keuntungan pertambangan, mendorong perdagangan, dan pajak. Ia juga memastikan bahwa program itu tidak akan ditunda sekalipun ada tanda-tanda bahwa krisis di Amerika Serikat kembali mengancam ekonomi dunia.
Humala juga menjanjikan akan mengalokasikan gas alam dari lapangan Camisea untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan berjanji akan menurunkan harga gas alam untuk kebutuhan di dalam negeri.
Perjuangan Humala tidaklah muda. Ia berhadapan dengan negeri dengan sekitar 66% penduduknya dikatakan miskin oleh Bank Dunia. Peru juga merupakan negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di Amerika latin.
Hambatan lain datang dari gedung parlemen. Partainya Humala hanya mengontrol 47 kursi dari total 130 kursi. Hal itu akan menyulitkan dirinya untuk meloloskan kebijakan-kebijakan pro-rakyat.
Untuk mendapatkan dukungan, Ollanta Humala pun sudah melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Amerika latin. Tetapi ia masih berusaha menjaga hubungan dengan pemerintah Amerika Serikat.
Ini pula yang menjadi kekhawatiran besar. Karena takut tersandera oleh aliansi sayap kanan Peru dengan modal internasional, maka Humala pun mempertahankan beberapa muka lama dalam pemerintahannya.
Dia masih mempertahankan Gubernur Bank Sentral periode sebelumnya, Julio Velarde. Ia juga masih mempergunakan Menteri Keuangan jaman Alan Garcia, Luis Miguel Castilla. Sejumlah figure lama masih dipertahankan.
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid