Nasib pengungsi Rohingya asal Myanmar yang terkatung-katung di tengah laut karena ditolak kehadirannya oleh sejumlah negara Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, dan Indonesia, mengundang keprihatinan dan solidaritas dari bangsa-bangsa yang nun jauh di sana: Amerika Latin dan Karibia.
Presiden Ekuador Rafael Correa mengumumkan pada hari Sabtu (17/5/2015) bahwa Komunitas Negara-Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC) akan memberikan bantuan kepada ribuan pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di tengah laut maupun yang terdampar di lepas pantai sejumlah negara ASEAN.
Correa melanjutkan, jika persoalan ini berlarut-larut, maka kami akan memberikan bantuan penuh berupa bahan makanan, dan CELAC siap menerima mereka yang terkena krisis untuk mengurangi tragedi yang terjadi.
Lebih lanjut, Presiden berhaluan kiri ini mengajak komunitas internasional untuk mengecam dan melarang kebijakan imigrasi yang sangat diskriminatif sebagaimana ditujukkan oleh negara-negara Asia Tenggara.
“Dunia ini sudah gila, ini ditunjukkan oleh pengabaian penuh terhadap hidup manusia yang terkatung-katung di atas perahu, yang mati karena kelaparan, tidak diijinkan turun dari perahu mereka,” kata Rafael Correa, seperti dikutip teleSUR.
Seperti kita ketahui, ribuan pengungsi Rohingya terkatung-katung di tengah laut karena ditolak oleh negara-negara yang mereka hendak masuki, seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Komisioner HAM PBB Zeid Ra’ad Al Hussein memperkirakan masih ada 6000-an pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di tengah laut, termasuk perempuan dan anak-anak. Nyawa mereka terancam oleh kelaparan dan dehidrasi.
Raymond Samuel