Narasi yang dibangun Butet berlebihan saat ini semacam akrobat badut politik. Sebab dalam berkarya lebih sebagai upaya memojokkan pihak kepolisian lebih ‘nendang’ dari pada gaung karya pementasan itu sendiri. Playing victim yang tidak berbobot, menurut Revitriyoso Husodo, seorang seniman progresif, eks Ketua Umum JAKER (Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat).
Provokasi Butet Kertaredjasa meskipun berhasil menuai banyak reaksi namun terkesan murahan dan tendensius. Pihak aparat keamanan menyatakan bahwa tujuan aturan meminta surat ijin keramaian kepada pihak Kepolisian adalah untuk menjaga keamanan agar tidak merugikan pihak masyarakat luas, pihak penyelenggara hingga si pekerja seni itu sendiri. Apalagi penyelenggaraan kegiatan dalam situasi rawan konflik pada masa kampanye Pemilu mulai 28 November 2023 hingga awal Februari 2024.
Dalam beberapa wawancara, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro menyatakan bahwa pihaknya tidak melakukan tekanan apapun hanya meminta surat ijin penyelenggaraan kegiatan publik. Sedangkan pihak penyelenggara sendiri, PT Kayan Production, membantah adanya tindakan intimidasi dari pihak Kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya.
Masyarakat pecinta seni tidak mengetahui rencana pertunjukan, apalagi isi dan keindahan dari pertunjukan “Musuh Bebuyutan” di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (1/12/2023) yang Butet gelar. Hanya riuh rendah dukungan dari para buzzer di media massa dan akun media sosial para pendukung salah satu paslon Capres-cawapres bahwa ia sedang diintimidasi oleh pihak keamanan.
“Dalam berkarya yang baik, seniman haruslah memiliki ‘empat tinggi’, yaitu tinggi Teknik, tinggi estetik, tinggi ideolegi, baru tinggi politik, lha Si Butet ini malah hanya sibuk tinggi provokasi. Seni hanya sebagai badut alat kampanye, hal ini merendahkan dunia kesenian,”kata Revitriyoso.
Menurut Revi, banyak warga masyarakat merasa berkeberatan akan adanya pengakuan intimidasi dari pihak aparat keamanan. Selain itu, berbagai Kelompok seni budaya maupun penggiat seni seperti JAKER, Front Kebudayaan Nasional pun resah terhadap provokasi dari Butet. Mereka menjadi beranggapan seolah seni itu mencekam, tidak riang gembira apalagi inspratif.
“Saya dengan tegas meminta kepada saudara Butet Kertaredjasa untuk segera mengklarifikasi tindakan provokasi kegiatan seni murahan tersebut untuk menghindari degradasi wibawa seni di mata masyarakat serta menghindari kericuhan di tingkatan masyarakat dalam momentum tahun politik ini. Dan mari bertempur karya yang inspiratif bagi upaya persatuan nasional serta menjawab persoalan rakyat!” tantang Revi melalui release yang dikirim kepada Berdikari Online, Kamis (7/12).
(rvh)


