Mengenal Gabriel Boric, Mantan Aktivis Mahasiswa Yang Jadi Presiden Chile

Di Chile, anak-anak muda membuka lembaran baru negerinya. Selama hampir lima dekade, Chile hidup dalam bayang-bayang rezim Pinochet dan warisannya.

Minggu, 19 Desember 2021, masa depan Chile dipertaruhkan di kotak suara. Dua arus politik besar berusaha menghadirkan solusi atas kebuntuan politik Chile di bawah kepemimpinan Presiden Sebastian Pinera.

Arus pertama diwakili oleh Gabriel Boric, seorang politisi milenial dan mantan aktivis mahasiswa, berjuang untuk mengakhiri warisan Pinochet dan menghadirkan Chile yang baru. 

Sedangkan arus kedua diwakili oleh José Antonio Kast, seorang bekas pengacara dan pengusaha, yang mengusung politik populisme konservatif. Tak hanya anti-imigran, dia juga penentang aborsi dan perkawinan sejenis. Sejak muda hingga sekarang, Kast sangat mengagumi Pinochet dan model pemerintahannya.

Lewat kotak suara, rakyat Chile memutuskan nasibnya: mereka memilih Gabriel Boric, politisi milenial progresif berusia 35 tahun, untuk membawa Chile keluar dari bayang-bayang Pinochet dan warisannya.

Di pemilu putaran kedua Minggu itu, Gabriel Boric unggul jauh dari pesaingnya. Dia mendapat suara 4,6 juta (55,87 persen), sedangkan Kast hanya mendapat 3,6 juta (44,13 persen).

Lalu, siapa Gabriel Boric ini?

Aktivis Mahasiswa

Boric lahir di Puntas Arena, kota kecil di wilayah paling selatan Chile, pada 11 Februari 1986.

Orang tuanya merupakan pendatang di Chile. Bapaknya, seorang insinyur di perusahaan minyak, berasal dari Kroasia. Sedangkan ibunya berasal dari Catalunya (Spanyol). Kedua orangnya dikenal sebagai aktivis progresif.

Dari sekolah dasar hingga menengah atas, Boric belajar di British School. Barulah, setelah memasuki perguruan tinggi, dia memilih fakultas hukum Universidad de Chile di kota Santiago.

Di masa kuliah inilah Gabriel terseret dalam aktivisme. Dia bergabung dengan organisasi mahasiswa di kampus, seperti Centro de Estudiantes de Derecho (CED)–semacam perhimpunan mahasiswa hukum. 

Selain itu, dia juga menjadi kader Izquierda Autónoma (IA), sebuah organisasi politik kiri yang berusaha memadukan marxisme, libertarian, dan otonomisme. Organisasi ini banyak bergerak di kampus-kampus.

Sebagai aktivis IA, Boric sangat dipengaruhi oleh pemikiran politik marxis Italia, Antonio Gramsci, terutama tentang konsepnya soal hegemoni. 

Dia terpukau dengan kata-kata Gramsci ini: “Didiklah dirimu sendiri karena perjuangan butuh kecerdasanmu. Bergeraklah karena kita butuh semangatmu. Organisir dirimu sendiri karena kita membutuhkan kekuatanmu.”

Perlahan-lahan aktivisme Boric meningkat. Pada 2008, dia menjadi anggota Dewan Federasi Mahasiswa Universidad de Chile (FECH). Tahun berikutnya, dia terpilih sebagai Presiden CED. Kemudian, sepanjang 2010-2011, dia menjadi anggota senat Universidad de Chile.

Tahun 2011, protes mahasiswa dan pelajar meledak di seantero Chile. Jalanan besar di berbagai kota disesaki oleh ribuan mahasiswa yang menggelar aksi protes terhadap kebijakan neoliberal.

Hari-hari itu, wajah Boric bersama dua aktivis mahasiswa lainnya, Camila Vallejo dan Giorgio Jackson, mendominasi halaman depan media-media Chile. Mereka menjadi ikon baru pergerakan mahasiswa pasca berakhirnya rezim Pinochet.

Tahun 2011, Boric terpilih sebagai Presiden FECH. Dia menyingkirkan saingan terberatnya, Camila Vallejo, yang berusaha terpilih kembali (sebelumnya Presiden FECH periode 2010-2011).

Kepemimpinannya sebagai Presiden FECH bersamaan dengan periode pasang gerakan mahasiswa di Chile. Dia menjadi salah satu tokoh penting di balik pasang gerakan yang terjadi sepanjang 2011-2013 itu.

Pada 2012, media El Mercurio, media yang dituding punya andil saat kudeta Pinochet 1973, menobatkan Boric sebagai salah satu dari 100 pemimpin muda Chile.

Perjuangan Elektoral

Tahun 2013, Chile menggelar pemilu. Concertación, sebuah koalisi kiri tengah di Chile yang berdiri sejak 1990, berusaha menangkap kemarahan di jalanan dengan merangkul partai Komunis. 

Berdirilah koalisi baru, Nueva Mayoría, yang mengusung Michelle Bachelet sebagai Presiden. Sejumlah aktivis mahasiswa, terutama yang bernaung di bawah partai komunis, seperti Camila Vallejo dan Karol Cariola, memasuki arena elektoral lewat koalisi baru itu.

Saat itu, Boric ikut ambil bagian dalam taktik elektoral itu, tetapi tidak lewat Nueva Mayoría. Dia maju lewat jalur independen. 

“Kami menyadari, kami tak bisa bertahan hanya sebagai gerakan sosial. Kami harus memberi gerakan sosial ini sebuah ekspresi politik. Gerakan sosial tanpa ekspresi sosial hanyalah tukang tuntut biasa di depan pemerintah,” kata Gabriel Boric saat berbicara di Centre for Latin America Studies (CLAS) UC Barkeley, 10 Februari 2020.

Taktik itu berhasil. Boric terpilih sebagai anggota DPR setelah meraih suara terbanyak di daerah pemilihannya. Di saat bersamaan, beberapa mantan aktivis lainnya, seperti Camila Vallejo, Karol Cariola, dan Giorgio Jackson, juga terpilih sebagai anggota DPR.

Di DPR, Boric terus memperjuangkan isu-isu yang dulu ia perjuangkan di jalan-jalan, terutama pendidikan gratis dan konstitusi baru. Di DPR, para aktivis membentuk koalisi lintas partai yang disebut bancada estudiantil (blok mahasiswa/pelajar).

Di tahun 2017, Boric kembali terpilih sebagai anggota DPR. Dia meraih suara terbanyak di dapilnya dan terbanyak kedua di seluruh Chile kala itu.

Partai Alternatif

Selama memerintah, dari 2014-2018, Nueva Mayoría dan Michelle Bachelet berhasil membawa banyak perbaikan, tetapi tak cukup untuk mengakhiri warisan Pinochet dan membuka lembaran baru Chile.

Melihat keterbatasan Nueva Mayoría, juga melirik pengalaman Frente Amplio di Uruguay dan Podemos di Spanyol, Boric dan kawan-kawan mulai berpikir tentang perlunya partai politik alternatif.

Saat itu, Boric memimpin pecahan dari Izquierda Autónoma, yaitu Convergencia Autonomista, bersama dengan Revolución Democrática yang dipimpin oleh Giorgio Jackson, untuk menginisiasi lahirnya partai baru: Frente Amplio (koalisi luas).

Frente Amplio resmi berdiri pada 21 Januari 2017 dan langsung ikut berlaga di pemilu di tahun itu. Parpol baru alternatif ini mengusung isu pluralisme (penghargaan terhadap hak minoritas dan masyarakat adat), demokratis partisipatoris, masyarakat yang lebih inklusif (dengan jaminan hak-hak dasar rakyat), dan independensi parpol dari oligarki.

Namun, sebagai partai baru, mereka tak punya tokoh yang populer dan punya daya tarik elektoral. Demi tujuan itu, Boric dan kawan-kawan mendekati seorang jurnalis televisi yang progresif, Beatriz Sánchez, agar bersedia diusung jadi Capres Frente Amplio.

Strategi itu cukup berhasil. Meski partai baru, Frente Amplio berhasil menempatkan Sánchez di urutan ketiga (hanya beda tipis dengan kandidat urutan kedua). Selain itu, Frente Amplio juga berhasil merebut 20 kursi (dari 155 kursi) dan 1 kursi senat (dari 43 kursi). Sebuah prestasi luar biasa untuk sebuah partai baru.

Dua tahun kemudian, 2019, demonstrasi kembali meledak di seantero Chile. Demonstrasi yang dipicu oleh kenaikan tarif kereta metro sebesar sebesar 30 peso (sekitar Rp 600,-) itu berubah menjadi gugatan terhadap neoliberalisme dan dampak-dampaknya.

Rupanya, demonstrasi 2019 berlanjut hingga menghasilkan ledakan politik luar biasa. Pada 25 November 2020, sebuah referendum digelar. Hasilnya: 75 persen rakyat Chile menghendaki konstitusi baru.

Rekomendasi dari referendum adalah pembentukan Majelis Konstituante. Lembaga inilah yang akan diberi mandat untuk menyusun Konstitusi baru.

Boric dan Frente Amplio segera merespon momentum politik maha penting ini. Frente kemudian membuat proposal koalisi politik progresif dengan menggandung partai komunis, partai kesetaraan, dan partai hijau. Lahirlah koalisi elektoral yang disebut: Apruebo Dignidad.

Yang tak terduga, pada pemilu Majelis Konstituante 15-16 Mei 2021, Apruebo Dignidad berhasil menjadi kekuatan politik terbesar kedua di Chile dengan merebut 28 kursi majelis konstituante.

Pemilu 2021

Tahun 2021, tepatnya 21 November 2021, Chile akan menggelar pemilu. Koalisi Apruebo Dignidad sepakat dipertahankan untuk tujuan pemilu.

Saat itu, koalisi Apruebo Dignidad punya dua kandidat capres yang sama-sama kuat dan populer, yaitu Gabriel Boric dan Daniel Jadue.

Daniel Jadua, politisi partai komunis, merupakan Walikota dua periode di kota Recoleta, sebuah kota kecil di kota metropolitan Santiago. Dia disebut sebagai pemimpin masa depan Chile. Dia juga selalu menempati posisi teratas di jajak pendapat Capres.

Namun, di luar dugaan, pada pemilu capres Apruebo Dignidad pada 18 Juli 2021, Gabriel Boric menang telak (60,42 persen) atas Daniel Jadue (39,58 persen). Dengan demikian, Aproebo Dignidad resmi mengusung Gabriel Boric sebagai capresnya di pemilu Chile.

Boric, yang tak pernah menuntaskan kuliahnya karena fokus pada aktivisme politik, mengusung janji pajak yang lebih tinggi bagi si kaya untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, anggaran sosial lebih besar untuk menjamin hak dasar warga negara, ekonomi yang lebih hijau, dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Dia juga berjanji untuk mengawal Konstitusi baru agar lebih melindungi hak-hak rakyat Chile, demokratisasi lembaga politik, dan ekonomi yang menghargai lingkungan.

Pada pemilu putaran pertama, 21 November 2021, sempat tertinggal dari Antonio Kast. Dia hanya menempati urutan kedua dengan 1,8 juta suara (25,82 persen).

Beruntung, di putaran kedua, dia berhasil menyatukan perasaan rakyat Chile yang tak mau lagi kembali dalam bayang-bayang era Pinochet lewat sosok Antonio Kast. Boric pun unggul jauh dengan selisih 1 juta suara lebih (sekitar 11 persen).

“Chile menjadi tempat kelahiran neoliberalisme, dan itu juga akan jadi kuburannya,” kata Boric di atas panggung saat menyampaikan pidato kemenangannya.

Untuk diketahui, pasca kudeta Jenderal Pinochet pada 11 September 1973, sejumlah teknokrat dan ekonom yang dikenal dengan sebutan “Chicago Boys” mulai mendikte kebijakan ekonomi di Chile.

Sejak itu, Chile pun menjadi laboratorium uji coba penerapan neoliberalisme. Ratusan BUMN diprivatisasi. Anggaran sosial dipangkas besar-besaran. Pada tahap awal, kebijakan itu menciptakan “shock”.

Meski ekonomi Chile tumbuh rata-rata 7 persen, dan disebut sebagai “keajaiban Chile” oleh bapak neoliberalisme Milton Friedman, tetapi ketimpangan ekonomi pelan-pelan melebar. 

Privatisasi layanan publik, terutama sektor pendidikan, menciptakan ketimpangan akses antara si kaya dan si miskin. Biaya pendidikan melonjak tinggi. Keluarga kelas menengah di Chile terpaksa menghabiskan 40 persen pendapatan mereka untuk biaya pendidikan. Data lain menyebutkan, biaya pendidikan perguruan tinggi di Chile naik 60 persen dalam satu dekade.

Di hadapan Boric terbentang persoalan-persoalan yang diwariskan oleh kediktatoran Pinochet dan warisan kebijakan neoliberalnya.

Tentu saja, penyelesaian persoalan itu tidaklah gampang. Namun, Boric punya modal sosial yang besar: dukungan luas rakyat Chile. 

Namun, dia juga berhadapan dengan rintangan yang tak kecil, mulai dari sistim politik warisan Pinochet, konservatisme yang masih punya basis sosial, hingga militer yang punya reputasi menginjak-injak demokrasi.

Akan tetapi, kemenangan Boric memberi pesan yang jelas: rakyat Chile hendak membuka lembaran baru bagi masa depan negerinya. Agar negeri ini menjadi lebih demokratis, lebih inklusif, lebih setara, dan lebih hijau.

RAYMOND SAMUEL

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid