Inilah 10 Negara yang Kabinetnya 50 Persen Perempuan

Meskipun perjuangan perempuan untuk hak-hak politik sudah merentang lebih dari satu setengah abad, tetapi kesetaraan gender di lapangan politik masih jauh dari harapan.

Di tahun 2019, jumlah perempuan di parlemen di seluruh dunia baru di angka 24,3 persen. Sedangkan di jabatan politik, terutama Kabinet, jumlah perempuan baru 20,7 persen (IPU, 2019).

Di Indonesia, angkanya lebih miris lagi. Keterwakilan perempuan di parlemen baru 20,5 persen. Di Kabinet, jumlah perempuan lebih kecil lagi.

Di periode pertama, Jokowi sempat menempatkan 8 perempuan di Kabinet. Ini pencapaian tertinggi dalam sejarah Indonesia. Tapi, di periode kedua Jokowi, jumlah perempuan di Kabinet tinggal 5 dari 34 orang Menteri.

Tetapi, di beberapa belahan dunia, ada kok negara-negara yang keterwakilan perempuannya sudah cukup maju. Untuk keterwakilan perempuan di parlemen, sudah pernah kami angkat di sini.

Nah, sekarang kita mau tunjukkan 10 Negara yang kabinetnya pernah diisi lebih dari 50 persen perempuan. Negara mana saja? Ayok kita mulai.

#1 Spanyol

Tahun 2018 lalu, pemerintahan kiri hasil koalisi sosialis dan Podemos membuat gebrakan luar biasa dalam politik negeri matador itu.

Bayangkan, dari 17 Menteri Kabinetnya, 11 orang diantaranya adalah perempuan. Dan hanya 6 orang laki-laki. Itu berarti: 62,5 persen kabinet Spanyol adalah perempuan.

“Pemerintahan kami sangat berkomitmen terhadap kesetaraan gender,” kata Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez.

Sebetulnya, ini bukan pertama kalinya pemerintahan sosialis membuat kebijakan begini. Tahun 2004, di bawah Perdana Menteri  José Luis Rodríguez Zapatero, Spanyol sudah kabinet yang setara secara gender: 8 laki-laki, 8 perempuan.

#2 Finlandia

Negara Nordik yang terletak di Eropa utara ini memang sudah melangkah sangat maju soal kesetaraan gender.

Hampir separuh (47 persen) anggota parlemennya adalah perempuan. Ternyata, Kabinetnya juga berwajah sangat feminis.

Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Antti Rinne, seorang sosial-demokrat dan aktivis serikat buruh, dari 19 Menteri Kabinetnya, 11 diantaranya adalah perempuan (61,1 persen).

Itu berlanjut di bawah pemerintahan Sanna Marin. Politisi sosial-demokrat yang baru berusia 35 tahun ketika ditunjuk sebagai Perdana Menteri. Dari 19 Menteri Kabinet, 12 diantaranya adalah perempuan.

#3 Swedia

Hampir sama dengan Finlandia, Swedia juga negara Nordik dengan tingkat kesetaraan gender terbaik di dunia.

Yang menarik, sekalipun Swedia tidak punya aturan formal yang mewajibkan politik afirmasi perempuan, tetapi tingkat keterwakilan perempuan dalam politiknya sangat tinggi. Tentu saja, ini tak lepas dari kultur politiknya yang sangat progressif.

Sekarang ini, sebanyak 47,28 persen anggota parlemen Swedia adalah perempuan. Lebih keren lagi, koalisi kiri-tengah yang berkuasa di Swedia sejak 2014 mengklaim diri sebagai pemerintahan feminis. Dari 22 pejabat Menterinya, 12 diantaranya adalah perempuan.

#4 Rwanda

Tahun 1994, konflik etnis mengerikan mengoyak Rwanda. Hanya dalam 100 hari, 800.000 etnis Tutsi dibantai. Ya, konflik etnis berujung genosida. Mengerikan.

Keluar dari konflik itu, Rwanda menatap jalan demokrasi dan persamaan. Termasuk usaha mendorong kesetaraan gender dalam segala urusan publik.

Tahun 2003, Rwanda punya konstitusi yang mewajibkan semua jabatan publik diisi minimal 30 persen perempuan. Kebijakan itulah yang membuat keterwakilan perempuan dalam politik Rwanda cukup tinggi.

Keterwakilan perempuan di parlemen Rwanda mencapai 61,3 persen, merupakan yang tertinggi di dunia.

Di Kabinet, dari 26 Menteri Kabinet, 52 persen diantaranya adalah perempuan.

#5 Kosta Rika

Negeri kecil di Amerika tengah ini cukup mashyur dengan kemajuan sosialnya. Sering menghuni daftar teratas negara paling bahagia di dunia, Kosta Rika juga maju pesat dalam pembangunan manusia.

Oiya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kosta Rika merupakan peringkat ke-62 di dunia. Negeri ini masuk dalam kategori “very high human development”.

Nah, kemajuan sosial ini bergerak seiring dengan tingkat kesetaraan gendernya. Jumlah perempuan di parlemen Kosta Rika mencapai 45,61 persen.

Tahun 2018, di bawah pemerintahan Presiden Carlos Alvarado, kabinet Kosta-Rika lebih berwajah perempuan: 14 perempuan, 11 laki-laki.

#6 Nikaragua

Nikaragua, negeri Amerika tengah yang terbebas dari kediktatoran lewat revolusi Sandinista tahun 1979, juga bergerak cukup maju dalam urusan kesetaraan gender.

Sebanyak 45,7 persen anggota parlemen Nikaragua adalah perempuan. Ini merupakan salah satu yang tertinggi di Amerika tengah, bahkan dunia.

Tahun 2019, Presiden Daniel Ortega membentuk kabinet yang berisi 10 perempuan dari 17 orang Menteri Kabinet. Persentase perempuan di kabinet Nikaragua mencapai 58,8 persen.

#7 Kanada

Kanada punya sejarah panjang perjuangan hak pilih bagi perempuan. Perempuan Kanada mulai punya hak pilih pada 1916. Itu pun baru di 3 provinsi.

Meski begitu, perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan politik tidak gampang. Hingga hari ini, jumlah perempuan di parlemen Kanada baru 98 orang (29 persen). Itu pun angka tertinggi dalam sejarah negeri itu.

Namun, Kanada membuat kemajuan luar biasa di jabatan eksekutif. Tahun 2015, ketika Perdana Menteri Justin Trudeau memulai jabatannya, dia membentuk kabinet yang setara: 15 perempuan, 15 laki-laki.

Tahun 2019, setelah beberapa kali reshuffle, komposisi yang setara tetap dipertahankan: 17 perempuan, 17 laki-laki.

#8 Albania

Albania, negeri kecil di bagian tenggara Eropa, juga masih berjuang untuk mewujudkan kesetaraan gender.

Meski sudah memperjuangkan hak pilih sejak 1920-an, perempuan Albania baru mendapat hak pilih penuh pada 1945.

Sekarang ini, jumlah perempuan di parlemen Albania baru 29,51 persen (hasil pemilu 2017).

Namun, di Kabinet terjadi perubahan radikal. Di pengujung 2018, di bawah perdana menteri Edi Rama, Albania menunjuk 8 perempuan sebagai Menteri dari total 15 Menteri Kabinet. Jumlah itu mewakili 53,3 persen.

#9 Kolombia

Kolombia punya sejarah panjang di bawah pemerintahan sayap kanan. Bayangkan, perempuan baru diakui punya hak pilih tahun 1954.

Tahun 1991, Kolombia baru punya konstitusi yang mendukung pemenuhan hak-hak perempuan. Baru di tahun 2011, Kolombia punya UU yang mengatur kuota minimal 30 persen perempuan untuk semua pemilihan. Kuota yang sama berlaku untuk jabatan-jabatan publik.

Meruju ke data IPU, jumlah perempuan di parlemen Kolombia baru 18,82 persen. Berselisih tipis di bawah Indonesia.

Namun, di tahun 2018, di bawah pemerintahan sayap kanan Ivan Duque, kabinet Kolombia mulai menghormati kesetaraan gender: separuh anggota parlemennya adalah perempuan.

#10 Perancis

Negeri tempat dimulainya revolusi politik yang melahirkan negara modern, dengan slogan Liberté (kebebasan), égalité (kesetaraan), fraternité (persaudaraan), perjuangan politik perempuan tidak berjalan mulus.

Di pemilu terakhir (2017), jumlah perempuan yang duduk di parlemen mencapai 39,51 pesen. Jumlah itu menempatkan Perancis di peringkat 17 dunia dan 6 di Eropa.

Tahun 2000, Perancis punya UU yang mengharuskan semua partai politik mengusung perimbangan gender yang sama di semua pemilihan.

Di jabatan eksekutif, khususnya Kabinet, Perancis membuat banyak kemajuan.

Di bawah pemerintahan Nicolas Sarkozy, dari 15 Menteri Kabinet, 7 diantaranya perempuan.

Lalu, di bawah pemerintahan sosialis François Hollande, 9 dari 18 jabatan menteri diisi oleh perempuan. Kemudian, dari 34 pos jabatan di pemerintahan, 17 diantaranya ditempati oleh perempuan.

Tradisi itu berlanjut di bawah pemerintahan Emmanuel Marcon. Tahun 2017, kabinet berisi 11 perempuan dari 22 jabatan Menteri.

Belakangan, pemerintahan Macron menuai protes dari kelompok feminis. Penyebabnya, Macron menunjuk Gérald Darmanin, seorang yang dituding pernah melakukan pemerkosaan, sebagai Menteri Dalam Negeri.

Selain itu, meskipun setelah reshuffle, jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki, 17 perempuan dan 14 laki-laki, tetapi semua jabatan kunci (ekonomi, keuangan, urusan dalam negeri, dan hukum) dipegang oleh laki-laki.

Oh iya, selain 10 negara di atas, negara yang juga punya perimbangan gender di kabinetnya adalah Haiti (50 persen), Moldova (50 persen), Afrika Selatan (50 persen), Ethiopia (47.6 persen), Peru (47.4 persen), Norwegia (42.8 persen), Swiss (42.8 persen), Seychelles (41.6 persen), Jerman (40 persen), dan  Islandia (40 persen).

RINI HARTONO

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid