Anak Muda Mengubah Wajah Politik Thailand

Pemilu Thailand, yang berlangsung pada 14 Mei 2023, menciptakan kejutan politik. Partai Bergerak Maju (Move Forward Party), yang berisi anak-anak muda, berhasil meraih suara terbanyak dan mendominasi kursi parlemen.

Partai Bergerak Maju berhasil merebut 38,5 persen suara dan menguasai 151 kursi (dari 500 kursi Majelis Rendah). Capaian tersebut diluar hitungan dan prediksi banyak pihak.

Posisi kedua ditempati Pheu Thai, partai oposisi yang dipimpin oleh Paetongtarn Shinawatra (36 tahun). Dia adalah putri dari mantan Perdana Menteri dan salah satu orang terkaya di Thailand, Thaksin Shinawatra. Pheu Thai memperoleh 29,3 persen suara dan merebut 141 kursi Majelis Rendah. 

Sementara perolehan suara partai pemerintah pro-militer, yakni Partai Thailand Bersatu (United Thai Nation Party) dan Partai Palang Pracarath, tidak lebih dari 15 persen. Gabungan suara partai tentara dan royalis tak lebih dari 20 persen. 

Partai Masa Depan Maju

Setelah dua kali kudeta militer yang menggulingkan kekuasaan sipil di Thailand (kudeta 2006 dan 2014), pada 2018, sejumlah anak muda menggagas partai baru. Namanya: Partai Masa Depan Maju (Future Forward Party).

Partai itu dipimpin oleh Thanathorn Juangroongruangkit, pengusaha muda yang pernah menjadi CEO perusahaan manufaktur terbesar di Thailand Thai Summit Group.

Partai Maju Masa Depan menentang dominasi militer dan rajin mengkritik hukum Lèse-majesté yang melindungi Raja dan keluarganya. Pada pemilu 2019, Partai Maju Masa Depan berhasil merebut 17,3 persen suara dan menjadi kekuatan politik terbesar ketiga di Thailand.

Namun, pada Februari 2020, partai ini dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi karena dianggap menerima dana donasi kampanye ilegal dari Ketua partainya sendiri.

Protes Anak Muda 2020

Pembubaran Partai Masa Depan Maju menjadi salah satu pemicu protes berskala besar yang dimotori oleh anak-anak muda. Protes itu dimulai pada Februari 2020 dan berlangsung hingga 2021.

Selain menuntut pemilu bersih, protes kaum muda juga hendak mengembalikan militer ke barak dan membatasi kekuasaan Raja (termasuk penghapusan lèse majesté).

Berganti Baju

Pada 8 Maret 2020, Pita Limjaroenrat dan 55 anggota parlemen dari Partai Masa Depan Maju membentuk partai baru: Partai Bergerak Maju (Move Forward Party).

Pita Limjaroenrat, politisi muda (42 tahun) lulusan Harvard dan sempat menjadi bos Agrifood dan Grab Thailand, ditunjuk untuk memimpin partai baru ini. Secara programatik, Partai Bergerak Maju tak banyak berbeda dengan Partai Masa Depan Maju.

Partai Bergerak memang bukan anak kandung dari gerakan protes 2020, tetapi banyak aktivis muda dari aksi protes 2014 dan 2020 yang bergabung dan menjadi caleg partai ini.

Partai Bergerak Maju adalah partai kiri tengah dengan agenda sosial-demokrasi. Partai ini dipenuhi oleh anak muda kelas menengah ke atas, yang jenuh dengan monarki dan militerisme. Mereka juga diperkuat oleh banyak aktivis dan cendekiawan progresif.

Perubahan Politik

Kemenangan Partai Bergerak Maju menunjukkan kehendak rakyat Thailand akan perubahan: keluar dari dominasi militer, cengkeraman monarki, dan politik dinasti.

Partai ini membawa agenda politik radikal, seperti penulisan ulang konstitusi dan pembatasan kekuasaan monarki. Mereka mengusung platform yang disebut “3D”: demiliterisasi, demonopolisasi, dan desentralisasi.

Sebelum pemilu, partai yang diunggulkan untuk menang oleh survei dan para analis adalah Pheu Thai, partai yang dipimpin oleh Paetongtarn Shinawatra (36 tahun). Dia adalah putri dari mantan Perdana Menteri dan salah satu orang terkaya di Thailand, Thaksin Shinawatra. 

Namun ternyata, rakyat Thailand bukan hanya memilih agenda politik yang lebih radikal, tapi mulai menjauh dari perseteruan politik lama antara militer/royalis versus Thaksin Shinawatra.

Tantangan Politik

Meski menjadi pemenang pemilu, Partai Bergerak Maju tak leluasa membentuk pemerintahan. Agar bisa membentuk pemerintahan, mereka harus menguasai lebih separuh dari 750 kursi (gabungan Majelis Rendah dan Senat).

Masalahnya, hanya Majelis rendah yang beranggotakan 500 kursi yang dipilih lewat pemilu. Sementara senat, yang beranggotakan 250 orang, ditunjuk langsung oleh junta militer. Jadi, tanpa pemilu dan dipilih, militer sudah punya 250 kursi untuk menentukan pemilihan Perdana Menteri.

Jadi, agar bisa berkuasa, Partai Bergerak Maju harus berkoalisi. Bukan hanya dengan Pheu Thai, tetapi juga dengan partai oposisi dan partai gurem lainnya. 

Itu pun, bila belajar dari pengalaman Partai Masa Depan Maju pada 2020, penguasa militer dan kaum royalis bisa mencari-cari kesalahan partai Bergerak Maju dan membubarkannya. 

RINI HARTONO

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid