67 Tahun Bank Dunia Dan Kiprahnya Di Indonesia

JULI 1944, sebanyak 44 negara berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat. Pertemuan itu adalah konferensi keuangan dan moneter PBB untuk mengatasi kesulitan keuangan pasca krisis ekonomi dan perang. John Maynard Keynes, ahli ekonomi paling terkemuka itu, hadir dalam pertemuan ini sebagai wakil Amerika Serikat. Dunia pada saat itu memang dibawah genggaman Keynesian.

Salah satu lembaga yang terlahir dari pertemuan itu adalah Bank Dunia, dulunya dikenal dengan nama Bank Internasional untuk Pembangunan dan Rekontruksi (IBRD). IBRD sangat berkontribusi memberi pinjaman kepada negara-negara eropa untuk memulai pembangunan pasca perang dunia.

Apa hubungannya dengan Indonesia? Tiga tahun setelah dibentuk, tahun 1947, Bank Dunia memberi pinjaman sebesar 195 juta dolar kepada Belanda. Dua minggu sebelum pinjaman ini disetujui, Belanda telah melancarkan agresi militernya untuk mengusai kembali Republik Indonesia. Pinjaman itulah yang dipergunakan untuk membiayai 145 ribu pasukan Belanda untuk menggempur Indonesia. Inilah dosa pertama Bank Dunia terhadap Indonesia, yang ketika itu masih republik muda.

Setelah Soeharto dan sayap kanan berhasil menggulingkan Soekarno, Bank Dunia kembali memberikan uluran tangannya. Pada tanggal 13 April 1966, hanya sebulan setelah Soeharto mengambil kekuasaan melalui Supersemar, Indonesia pun menjadi anggota Bank Dunia. Robert McNamara, Presiden Bank Dunia saat itu, datang langsung ke Jakarta dan bertemu dengan Soeharto beserta sejumlah ekonom Indonesia jebolan sekolah Amerika.

Pada tahun 1967, Bank Dunia dan negara barat kembali mengucurkan dana sebesar 174 juta dolar kepada rejim Soeharto. Pada tahun 1969, Bank Dunia kembali menggelontorkan dana sebesar 500 juta dollar untuk mendanai program transmigrasi-nya rejim Soeharto.

Pada tahun 1970-an, kendati bau korupsi Soeharto dan kroninya mulai tercium, tetapi Bank Dunia seolah tidak mau tahu-menahu, bahkan terus mendanai rejim anti-demokrasi ini untuk menginvasi Timor Leste, negara kecil tetangga Indonesia yang hampir saja jatuh ke tangan komunis.

Tahun 1997, saat mendekati krisis, Bank Dunia melaporkan bahwa ekonomi Indonesia di bawah Soeharto sangat dinamis, semua berjalan dengan baik, brilian dan menakjubkan. Belum sampai beberapa bulan setelah Bank Dunia menyampaikan laporan itu, Indonesia dan sejumlah negara Asia tiba-tiba ambruk seketika.

Soeharto pun jatuh oleh gerakan rakyat. Dan, segera orang mengetahui bahwa 30% pinjaman Bank Dunia untuk Indonesia telah dikorupsi Soeharto. Ini merupakan hal yang sangat memalukan, selain karena Bank Dunia selalu berkotbah mengenai pemerintahan bersih, juga karena hutang itu telah menjerat leher ratusan juta rakyat indonesia selama bertahun-tahun.

Setelah Soeharto jatuh pun, Bank Dunia masih berusaha keras untuk mempertahankan pengaruhnya dalam ekonomi Indonesia. Bahkan, bersama-sama dengan IMF, telah menganjurkan sebuah “resep” untuk mengatasi krisis ekonomi Indonesia. Bukannya menyembuhkan, resep tersebut justru membunuh ekonomi Indonesia secara perlahan-lahan.

Bank Dunia berhasil menjaga kesetiaan sejumlah ekonom (lebih pantas disebut mafia ekonomi) dan sejumlah birokrat. Dengan bantuan mereka itulah, Bank Dunia berhasil memastikan indonesia memeluk alam penjajahan baru bernama Neoliberalisme.

Satu dekade lebih neoliberalisme dipraktekkan di Indonesia, negara yang kaya raya ini nyaris tidak punya apa-apa lagi: seluruh sumber daya alamnya hampir habis dirampok dan diangkut ke negeri-negeri imperialis, tenaga kerjanya dieksploitasi dengan upah murah, pasar dalam negeri diporak-porandakan dengan politik impor, dan sebagian besar industrinya dibuat bangkrut.

Dan, satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa Bank Dunia punya andil dalam merombak tata-politik dan kenegaraan Indonesia, sehingga menjadi kacau-balau seperti sekarang ini. Tanpa diketahui asal-usulnya, dari 79 UU pro-neoliberal atas sokongan asing, sebagian besarnya karena tangan-tangan Bank Dunia.

Masihkan kita mau membiarkan Bank Dunia menjarah dan membuat melarat bangsa Indonesia lebih lama lagi?

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid