Sukses Amerika Latin Memerangi Kemiskinan

Dalam satu dekade terakhir, kawasan Amerika Latin mengalami pergeseran ekonomi-politik. Kawasan yang sejak lama dicap “halaman belakang Amerika Serikat (AS)” ini makin bergeser ke kiri.

Dimulai oleh Venezuela dibawah Chavez di tahun 1998,  kemudian menyusul Ricardo Lagos di Chile tahun 2000, lalu Lula Da Silva di Brazil tahun 2002 dan Nestor Kichner di Argentina di tahun 2003. Di tahun 2005, Tabaré Vázquez berkuasa di Uruguay.

Di tahun 2006, Michelle Bachelet menang di Chile, Evo Morales di Bolivia, Rafael Correa di Ekuador, Daniel Ortega di Nikaragua, Manuel Zelaya di Honduras, dan Cristina Fernandez di Argentina. Fernando Lugo menang di Paraguay di tahun 2008. Dan di tahun 2009, Mauricio Funes menang di El Salvador.

Satu dekade berjalan, proses pergeseran itu menemui banyak rintangan, termasuk berbagai kudeta yang dilancarkan oleh sayap kanan. Sebagian besar kudeta itu disokong penuh oleh imperialisme AS dan sekutunya di Amerika Latin. Ada dua kudeta yang berhasil, yakni kudeta terhadap Manuel Zelaya di Honduras dan Fernando Lugo di Paraguay.

Tetapi sebagian besar pemerintahan kiri di Amerika Latin berhasil melakukan transformasi di lapangan politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Ada yang berlangsung radikal dan ada pula yang moderat. Tetapi sebagian besar menuai kemajuan, terutama dalam memerangi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan ekonomi.

Menurut laporan Program Pembangunan PBB yang dirilis pada Agustus lalu, antara tahun 2000-2012, kawasan ini berhasil mengurangi kemiskinan hingga setengah, yakni dari 41.7 persen 25,3 persen dari populasi.

“Setelah dua dekade masa pertumbuhan yang sangat rendah, yang ditandai dengan pendalaman neoliberalisme, kawasan itu mengejar kebijakan ekonomi yang lebih independen, dengan hasil yang luar biasa,” kata Jake Johnston, asisten peneliti di Center for Economic and Policy Research (CEPR).

Satu negara yang dianggap paling sukses oleh UNDP adalah Bolivia. Negeri penghasil ‘Koka” tersebut berhasil mengurangi kemiskinan hingga 32% selama periode 2000-2012. Ini pula yang membuat Presiden Bolivia saat ini, Evo Morales, terpilih untuk ketiga kalinya pada Pemilu Presiden tanggal 12 Oktober lalu.

Pemerintahan Evo Morales berhasil menunjukkan bagaimana nasionalisasi industri strategis, peningkatan belanja sosial, peningkatan upah minimum, dan investasi untuk pembangunan infrastruktur, lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan ketimbang pendekatan neoliberal.

Berdasarkan riset CEPR, dengan menaikkan upah minimum sebesar 87,7% selama 10 tahun terakhir, pemerintahan Morales berhasil mengurangi kemiskinan ekstrem hingga 43%.

CEPR juga mencatat kemajuan yang dicapai oleh Brazil di bawah pemerintahan Partai Buruh, yang dimulai oleh Lula da Silva pada tahun 2003 dan berlanjut ke Dilma Rousseff hingga hari ini.

Menurut data CEPR, Brazil di bawah pemerintahan Partai Buruh berhasil mengurangi kemiskinan sebesar 55% dan kemiskinan ekstrem sebanyak 65%, atau dengan kata lain, berhasil mengeluarkan 31.5 juta rakyat Brazil dari kemiskinan dan 16 juta orang dari kemiskinan ekstrem.

Venezuela, di bawah panji-panji ‘Revolusi Bolivarian’, juga sukses dalam mengurangi kemiskinan rakyatnya. Antara 1999 hingga 2011, angka kemiskinan berkurang dari 42,8% menjadi 26,5%. Kemudian, pada periode yang sama, kemiskinan ekstrem berkurang dari 16,6% menjadi 7%. Saat ini angka kemiskinan ekstrim di Venezuela tinggal 5,5%––termasuk terendah di Amerika Latin.

Ekuador di bawah pemerintahan Rafael Correa dengan “Revolusi Warga”-nya juga sukses memerangi kemiskinan. Data resmi mengungkapkan, selama periode 2006-2013, angka kemiskinan berhasil diturunkan dari 37,6% menjadi 25,6%. Sedangkan kemiskinan ekstrim berhasil diturunkan dari 16,9% menjadi 8,6%.

Sukses besar juga diraih pemerintahan kiri Frente Amplio di Uruguay. Dalam periode 2005-2010, angka kemiskinan berkurang dari 32% menjadi 20%. Sedangkan kemiskinan ekstrim berkurang menjadi 1,5%.  Sekarang ini, berdasarkan laporan Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC), kemiskinan di Uruguay tinggal 5,9% dan kemiskinan ekstrim tinggal 1,1%.

Kemajuan yang dicapai Amerika Latin saat ini merupakan pembalikan terhadap apa yang mereka alami di tahun 1980-an hingga 1990-an. Saat itu, setelah sebuah kediktatoran militer berkuasa pasca pengguling pemerintahan progressif, kawasan itu mulai dipaksa menjalankan kebijakan neoliberalisme.

Neoliberalisme membawa mapaletaka bagi Amerika Latin. Sebagian besar kekayaan alamnya dijarah oleh korporasi asing. Sementara aset nasional, berupa BUMN dan layanan publik yang dibangun oleh dana rakyat selama beberapa dekade, dijual murah oleh rezim neoliberal melalui skema privatisasi. Lebih parah lagi, sejumlah negara Amerika Latin, seperti Argentina dan Ekuador, nyaris bangkut akibat jeratan utang oleh IMF.

Alfredo Gonzalez, spesialis Pembangunan Manusia dan Kemiskinan di UNDP Biro Amerika Latin, melacak beberapa faktor yang menjadi kunci keberhasilan Amerika Latin dalam memerangi kemiskinan.

Pertama, kata dia, kehadiran negara yang sangat kuat dan pemerintahan berkarakter pro-rakyat yang menempatkan pemberantasan kemiskinan sebagai agenda utama dari mandat mereka.

“Apa yang mereka dan banyak negara lain di kawasan ini dan seluruh dunia buktikan adalah bahwa kebijakan pasar bebas/perdagangan bebas tidak cukup mengurangi kemiskinan,” kata Alfredo.

Kedua, pemerintahan kiri Amerika Latin telah menaikkan belanja sosial secara signifikan. Di negara-negara yang diperintah rezim kiri, kekayaan negara lebih banyak dialirkan untuk program sosial, seperti pengentasan kemiskinan, kredit bagi petani dan pengusaha kecil, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Ketiga, pemerintahan-pemerintahan kiri Amerika Latin, terutama Bolivia, Venezuela, dan Ekuador, berhasil menghentikan kebijakan ekonomi yang membiarkan kekayaan alam mereka mengalir ke luar negeri melalui kantong-kantong perusahaan asing.

Amerika Latin telah menggugurkan diktum terkenal Perdana Menteri Inggris di tahun 1980-an, Margareth Thatcher, bahwa “There Is No Alternative” (TINA). Bahwa, menurut Thatcher, hanya perdagangan bebas, pasar bebas, dan globalisasi kapitalisme yang bisa menghantarkan semua bangsa pada kemajuan. Sebaliknya yang terjadi, mengutip pernyataan Komandante Hugo Chavez, “neoliberalisme dan globalisasi hanya membawa kita ke neraka.”

Sekarang pemerintahan kiri di Amerika Latin membuktikan, bahwa jalan sosialisme—atau setidaknya peran negara yang kuat—bisa membuka jalan bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid