Sekolah Gratis Untuk Rakyat Miskin Dibuka Di Surabaya

“Dalam bayangan kami, jumlah peserta tidak akan membludak sebanyak ini. Makanya, konsep awal kami adalah bimbingan belajar,” kata Kamarudin Koto sambil memegang rambutnya di bawah terik panas, siang itu.

Kamal, sapaan akrab Kamaruddin Koto, adalah salah satu aktivis yang terlibat dalam pendirian sekolah rakyat untuk bimbingan belajar rakyat miskin di kota pahlawan, Surabaya. Pemuda kelahiran Jogjakarta ini sudah lama bergabung dengan Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI).

Sedangkan sekolah gratis itu terletak di RW 2 Margorukun, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, kota Surabaya. Sekolah ini dibuka untuk kelas 1 sampai kelas 6 Sekolah Dasar. Karena jumlah pendaftar membludak, maka sekolah rakyat ini dipecah menjadi dua: satu di Margorukun, sedangkan satunya lagi di kampung ilmu.

“Meskipun kami baru buka, tetapi pendaftarnya sudah mencapai 200-an orang lebih. Mereka baru anak-anak di sekitar sini,” katanya.

Sejak pertama-kali dibuka pada 10 Februari lalu, sedikitnya 253 siswa dari keluarga miskin langsung mendaftar. Sebagian besar peserta adalah anak SD, khususnya mereka yang tidak sanggup ikut les privat.

Membantu Rakyat Miskin

Sekolah ini dipimpin oleh seorang ulama progressif, namanya Haji Lukman Hadi, yang juga dikenal sebagai anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Seperti juga Haji Misbach di samannya ketika mendirikan sekolah-sekolah, Haji Lukman Hadi sangat berharap bahwa sekolah ini akan mencerdaskan anak-anak rakyat miskin.

Ketertarikan Haji Lukman untuk mendirikan menciptakan sekolah gratis bagi rakyat sudah muncul dalam benaknya sejak lama. Tetapi ide itu tidak pernah tertuang, karena dia belum punya organisasi untuk menghimpun orang-orang yang punya cita-cita sama.

“Meskipun sudah ada dana BOS (Biaya Operasional Sekolah, pen), tetapi belum tentu semua murid bisa menjangkau fasilitas pendidikan,” katanya.

Sebagai pengurus kampung dan sudah berkali-kali terpilih menjadi pengurus RW, Haji Lukman tahu betul kebutuhan warganya. Ia merasa sedih ketika melihat ada orang tua yang terbelit kesulitan menyekolahkan anaknya.

“Ada banyak yang mau ikut les privat. Tapi karena harus bayar, maka orang tua tidak bisa mengirimkan anaknya untuk les tambahan itu,” ujarnya.

Sekolah rakyat ini sudah dirancang jauh-jauh hari, tapi baru berhasil diwujudkan sekarang. “Kami sudah berfikir untuk mendirikan ini sejak bulan puasa tahun lalu. Baru sekarang bisa mewujudkannya,” kata Kamal.

Mendapat dukungan luas

Rakyat sangat antusias dengan keberadaan sekolah rakyat tersebut. Tidak hanya warga di sekitar RW 2 Margorukun, RW-RW lain pun tertarik untuk mendirikan sekolah yang sama.

“Kemarin RW 9 sudah berdiskusi dengan kami dan menyatakan kesediaannya untuk bergabung,” kata Kamal.

Sebagai bukti dukungan terhadap sekolah ini, semakin banyak orang yang menawarkan diri sebagai tenaga pengajar di sekolah ini. Jumlah tenaga pengajar untuk sementara baru berjumlah enam orang. Tiga orang aktivis SRMI, satu orang adalah guru SD Bubutan III, dan 2 orang lagi berasal dari sanggar merah-putih.

Kedepannya, jika tidak ada aral melintang, sekolah rakyat ini akan mendapat tambahan guru dari Gereja Santo Vincentius dan mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Sekolah ini terbuka untuk kelas pagi dan sore. Dukungan orang tua sangat nampak dari kesediaan mereka mengantar anak-anaknya ke sekolah. “Mereka rela meninggalkan sedikit pekerjaan di rumah untuk mengantar anaknya. Itu bukti dukungan mereka terhadap sekolah ini,” kata Haji Lukman Hadi.

Membutuhkan dukungan untuk keberlanjutan

Sekolah rakyat sudah berjalan dengan baik. Namun, baik Haji Lukman Hadi maupun aktivis-aktivis SRMI lainnya, dukungan terhadap sekolah rakyat ini sangat diperlukan.

“Saya berharap bahwa sekolah rakyat ini bisa bertahan dan berlanjut terus. Kalau perlu diperluas ke tempat-tempat lain atau kota-kota lain,” demikian harapan Haji Lukman Hadi kepada siapapun yang bersimpati dengan perjuangan ini.

Senada dengan dengan Haji Lukman Hadi, Kamaluddin juga berharap agar sekolah rakyat ini bisa berkembang lebih luas, dan menjadi alat pengorganisiran SRMI untuk melibatkan lebih banyak massa rakyat untuk bergabung dalam organisasi.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid