Pertandingan Kematian: Kisah FC Star (Dynamo Kiev) Melawan Fasisme

Anda kenal kesebelasan Dynamo Kiev? Ini adalah salah satu kesebelasan terkuat di Ukraina. Di masa kejayaan Soviet, FC Dynamo Kiev selalu berjaya kejuaraan sepak-bola Soviet: 13 kali juara USSR Championship, 9 kali USSR cup, dan 3 kali USSR Super Cup.

Tahun 1941, Kiev diserbu dan diduduki oleh tentara NAZI. Banyak pemain Dynamo Kiev tidak berhasil menyelamatkan diri dari pendudukan. Sebagian besar pemain Dynamo Kiev akhirnya bekerja di sebuah pabrik roti.

Jerman berhasil menguasai Kiev dalam waktu singkat. Tetapi, Jerman tidak bisa mengalahkan segala bentuk gerakan perlawanan. Akhinya, guna meraih dukungan dari penduduk Kiev, militer Jerman berusaha menggunakan sepak bola untuk menarik dukungan rakyat Kiev.

Selain itu, Jerman ingin menjadikan sepak bola sebagai ajang menunjukkan superioritas ras arya-nya. Dengan teori “keunggulan ras” ini, Jerman berharap bisa menaklukkan rakyat Kiev secara psikologis dan mental. Ini yang disebut penaklukkan tanpa menembakan satu peluru pun.

Bekas pemain sepak bola Kiev diminta membuat klub kembali. Sedangkan Jerman sendiri mengarahkan pasukan militernya membentuk tim sepakbola. Saat itu, karena nama “Dynamo” identik dengan Soviet, maka bekas pemain-pemain Kiev membentuk tim baru “Star”.

Susunan pemainnya: Nikolai Trusevich, Mikhail Sviridovskiy, Nikolai Korotkikh, Aleksey Klimenko, Fedor Tyutchev, Mikhail Putistin, Ivan Kuzmenko, Makar Goncharenko (Dynamo Kyiv), Vladimir Balakin, Vasiliy Sukharev, dan Mikhail Melnik (Lokomotiv Kyiv).

Jerman pun membuat kompetisi. Pesertanya adalah kesebelasan di Kiev dan klub-klub sepak bola militer NAZI dan sekutunya. Berita tentang kejuraan ini disebarkan melalui poster ke seluruh kota.

Kompetisi pun dimulai Juli 1942. Pertandingan pertama melawan kesebelasan garnisun Hungaria. Star menang dengan skor 6-2. Di pertandingan selanjutnya, yaitu melawan garnisun Rumania, Star kembali menang 11-0. Lalu, pertandingan dengan tim pertama Jerman, yaitu PSG (unit militer), juga dimenangkan dengan skor 6-0.

Akhirnya, Star pun bertemu dengan tim tangguh Hungaria: MSG.Wal. Tetapi kesebelasan Star berhasil mengalahkan MSG.Wal dengan skor 5-1. MSG.Wal tidak terima dengan kekalahan. Mereka beralasan hanya bermain dengan 10 pemain karena seorang pemainnya cedera. Pertandingan ulang pun digelar. Itupun dimenangkan oleh Star dengan skor 3-2.

Star makin menjadi kebanggan rakyat Kiev. Mereka juga didaulat sebagai pahlawan rakyat. Akhirnya, tidak mau kalah dan dipermalukan, Jerman mempersiapkan tim unggulan dan tidak pernah kalah: Flakelf (tim dari pasukan Luftwaffe Jerman). Flakelf dianggap simbol keunggulan ras arya Jerman.

Pertandingan antara Star versus Flakelf terjadi pada 6 Agustus 1942. Tanpa diduga, kesebelasan dari buruh pabrik roti, yang sudah lemas karena kerja paksa, bisa mengalahkan tim terkuat Jerman. Superioritas rasial Jerman pun dipertanyakan. Kebenaran propaganda Hitler pun dipertanyakan.

Jerman jelas tidak bisa menerima kenyataan itu. Karenanya, Jerman merancang pertandingan ulang pada 9 Agustus 1942. Selebaran dan famplet pun disebar-luaskan untuk memberitahu adanya pertandingan “balasan”. Jerman ingin membalas kekalahan mereka di pertandingan ini. Menjelang hari H, atmosfer pertandingan pun menjadi berbau sangat politis.

9 Agustus 1942. Rakyat Ukraina tumpah ruah membanjiri stadion. Di ruang ganti kesebalasan “Star”, seorang anggota SS Jerman datang memberi ancaman: mereka harus memberi kemenangan kepada tim Jerman. Wasit pertandingan juga adalah seorang anggota SS. Satu lagi: seluruh anggota kesebelasan Star harus memberi penghormatan “Heil Hitler” sebelum pertandingan.

Namun para pemain bola Kiev berfikiran lain: kekalahan berarti penghinaan bagi sepak bola dan rakyat Kiev. Mereka pun memutuskan bermain maksimal. Saat kesebelasan Jerman Flakelf meneriakkan seruan “Heil Hitler”, para pemain Star (Dynamo Kiev) justru meneriakkan slogan Soviet: “FizcultHura!

Begitu peluit pertandingan ditiup, kesebelasan Flakelf bermain sangat kasar: melakukan tekel kasar dan memukul lawan. Namun si Wasit sama sekali tidak meniup peluit tanda pelanggaran. Flakelf pun merobek jala kesebelasan Star di menit awal. Tetapi tidak lama kemudian, pemain Star Kuzmenko berhasil melesatkan bola ke gawang Flakelf dari jarak 30 meter. Babak pertama pun berakhir dengan skor 3-1 untuk keunggulan dengan Star.

Pada saat istirahat, seorang anggota SS kembali masuk ke ruang ganti kesebelasan Star dengan membawa pesan jelas: Jerman tidak boleh kalah. Tidak hanya itu, datang pula seorang kolaborator NAZI, Shvetsov, yang memperingatkan akibat serius yang bisa menimpa pemain Star jika memaksa menang.

Pertandingan babak kedua dilanjutkan. Para pekerja pabrik roti kembali memperlihatkan keunggulan. Hingga wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, Star unggul atas Flakelf Jerman dengan skor 5-3. Sebuah kekalahan sangat memalukan bagi Jerman dan propaganda keunggulan ras Hitler.

Tetapi Star atau Dynamo Kiev harus membayar mahal kemenangan itu. Para pemain tidak pernah kembali lagi ke pabrik roti. Pasalnya, pada 16 Agustus, satu per satu pemain dijemput oleh Polisi dan dibawa ke markas Gestapo—Polisi rahasia Jerman. Di sana mereka mendapat penyiksaan.

Nikolai Korotkykh, seorang pemain depan dan bekas NKVD-polisi Soviet, tewas dieksekusi bersama adiknya oleh Gestapo. Ia menjadi korban pertama dari kesebelasan itu. Sejak kematian Nikolai Korotkykh, masyarakat Ukraina pun mulai menyebut pertandingan itu sebagai “pertandingan kematian”.

Sedangkan seluruh pemain Dynamo Kiev sisanya dibawa ke kamp konsentrasi NAZI di Siretz. Di sana mereka dipaksa “kerja paksa dan disiksa”. Komanda kamp memerintahkan eksekusi pertiga pemain setiap hari. Kuzmenko, pencetak gol dari tendangan bebas, Trusevich, kiper karismatik dan kapten tim, dan bek Klimenko adalah daftar pertama yang dieksekusi. Goncharenko dan Sviridovsky berhasil melarikan diri. Sedangkan nasib pemain lainnya tidak diketahui hingga tentara merah datang membebaskan mereka di kamp konsentrasi itu.

Konon, pada tahun 1943, ketika Soviet berhasil merebut kembali Kiev, cerita tentang keperkasaan FC Star jarang diceritakan. Pasalnya, pertandingan itu dianggap bentuk kolaborasi dengan pasukan NAZI. Nanti setelah Stalin meninggal barulah cerita tentang kepahlawanan kesebelasan ini diceritakan kembali.

Cerita tentang pertandingan ini pun sudah diangkat di layar lebar: Third Time (Mosfilm, 1964) adan The Match of Death.

TIMUR SUBANGUN, Kontributor Berdikari Online

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid