Perjuangan Rakyat Kepulauan Meranti: Dari Penghadangan Eskavator Hingga Stempel Darah

Dering telpon berdering sabtu malam, sekitar pukul 24.00 WIB. Riduan, sang pemilik ponsel, segera mengangkat telpon itu. “Ada dua eskavator yang sudah hampir masuk ke desa. Sepertinya itu punya PT.RAPP dan mau masuk ke pulau padang,” kata orang di seberang telpon. “Jam berapa kau lihat,” kata Riduan bertanya. “Tadi, sekitar jam 4 sore saya melihatnya,” kata suara di seberang telpon itu.

Riduan adalah ketua Serikat Tani Riau Kepulauan Meranti. Sudah berbulan-bulan Ridwan bersama rakyat Meranti berjuang mati-matian menentang masuknya PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Mendapat informasi itu, Riduan bergegas menelpon para petani di Tanjung padang dan menanyakan kebenaran informasi itu. Dan, ternyata memang benar, eskavator itu sudah hampir merapat di bibir pantai.

Suparno, 43 tahun, sekretaris STR Kepulauan Meranti, segera membawa 43 orang petani untuk melakukan penghadangan. Dengan menggunakan pompong (sejenis kapal kayu), Suparno dan anggotanya menyusuri pantai menuju tanjung padang.

Agar bisa merapat ke bakau dan menyergap kapal pembawa eskavator, maka Suparno dan kawan-kawan harus menceburkan diri ke laut. Akhirnya, Suparno dan kawan-kawan berhasil menghentikan eskavator itu, bahkan eskavator itu tidak berfungsi hingga datangnya pagi hari.

Sementara itu, Riduan, yang sudah mendengar kebenaran informasi itu, segera bergerak bersama 200 pemuda petani. Mereka sebagian besar adalah anggota Laskar Pemuda Tani Riau. Massa mulai bergerak tengah malam, sekitar jam 02.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor. Mereka baru tiba di tempat tujuan, desa Tanjung Padang, besoknya sekitar pukul 12.00 WIB siang.

Rupanya, sudah ada beberapa eskavator yang sudah sampai di tanjung padang. Eskavator ini membuka jalan, yang nantinya dipergunakan untuk jalan masuk bagi puluhan eskavator lainnya. “Ada 30 eskavator lagi yang mau dimasukkan. Maka, ada eskavator yang membuka jalan,” kata Riduan.

Operasi pembukaan jalan eskavator ini dijaga ketat oleh 7 anggota polisi. Ketika ratusan pemuda STR tiba di lokasi, eskavator itu sedang bekerja dengan pengawalan anggota Polisi. Anggota STR menanyakan siapa yang bertanggung jawab dalam operasional ini, tetapi perwakilan PT.RAPP enggan untuk berkomentar.

Tiba-tiba, Polisi yang mengawal operasional itu angkat bicara dan melarang anggota STR untuk berbuat anarkis. Selain itu, polisi juga menjelaskan bahwa proses operasional ini sudah sesuai dengan surat ijin dari Gubernur Riau, HM Rusli Zainal.

Aksi stempel darah

Selain berusaha menghadang eskavator, para petani dari Serikat Tani Riau (STR) ini juga mempersiapkan aksi massa, yang memang sudah dirancang jauh-jauh hari sebelum kejadian ini.

Sedikitnya 1500 massa STR menggelar aksi massa menuju kantor Bupati Kepulauan Meranti. Massa ini berasal dari sejumlah desa, diantaranya: desa Mengkirau, desa mekarsari, desa anak kamal, desa pangkalan barat, desa bagan melibur, desa teluk belitung, dan desa lukit.

“Para petani bergerak dari desa masing-masing. Mereka menumpangi 9 kapal pompong untuk mencapai ibukota kabupaten,” kata Riduan.

Sebagaian besar warga, khususnya kaum laki-kali, mengenakan songkok berwarna putih. Bagi masyarakat setempat, kostum ini melambangkan perjuangan habis-habisan dan sekaligus penyerahan diri kepada tuhan.

Sesampainya di kantor Bupati, di jalan dorak selat panjang, massa membentangkan kain putih sepanjang 15 meter. Kiai Sudarman, seorang ulama dari sungai anak kamal, memimpin massa untuk membacakan dzikir dan tauhid. Segera setelah dzikir usai dibacakan, ribuan anggota STR ini menempelkan cap darah ke kain putih tersebut.

Menurut Riduan, aksi cap jempol darah ini merupakan bentuk kekecewaan massa rakyat terhadap tindakan 11 kepala desa di pulau padang yang memberikan dukungan bagi masuknya PT.RAPP. “Mereka para kepala desa telah menghianati rakyatnya dengan tanda-tangan itu. Maka, jempol darah ini merupakan bukti perlawanan kami,” katanya.

Sayang sekali, hujan deras turun mengguyur massa aksi, sehingga stempel darah di kain putih pun turut menghilang. Akan tetapi, meskipun hujan deras mengguyur massa cukup lama, tetapi massa tidak beranjak sedikitpun dari lokasi aksi. Massa masih berdiri dengan barisan yang tetap rapi.

Beberapa saat kemudian, perwakilan petani diterima berdialog oleh wakil bupati kepulauan Meranti, Drs H Masrul Kasmy MSi. Wakil Bupati mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa melarang operasi PT.RAPP karena sudah mengantongi SK dari Menteri Kehutanan.

Dalam statemennya, STR meminta kepada Presiden SBY agar segera turun tangan mencabut SK Menteri Kehutanan nomor 327 tahun 2009 tentang ijin operasi PT.RAPP di pulau padang.

Selain itu, STR menuntut pihak pemerintah kabupaten untuk konsisten kepada hasil pertemuan multi-pihak, dan karena itu, segera menghentikan pekerjaan dua eskavator PT.RAPP di pulau padang.

Sehubungan dengan keterlibatan polisi dalam menjaga operasional perusahaan tersebut, STR juga mendesak agar Kapolda segera memerintahkan penarikan anak-buahnya dari lokasi yang masih berkonflik itu.

Dalam pertemuan itu, wakil bupati sempat menjanjikan akan mempertemukan petani dengan Menteri Kehutanan. Sayangnya, ucapan ini hanya terlontar sekilas saja dan tidak menjadi kesepakatan bersama.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid