Penulis Kiri Uruguay Eduardo Galeano Meninggal Dunia

Penulis dan jurnalis terkemuka Uruguay, Eduardo Galeano, meninggal dunia di usia 74 tahun di Montevideo, Ibukota Uruguay, pada hari Senin (13/4/2015).

Kabar meninggalnya Galeano dikonfirmasi oleh publikasi mingguan, Brecha, dimana ia menjadi salah satu kontributornya. Kabar tersebut juga dikonfirmasi oleh koran Spanyol El Pais dan Euro Press.

Galeano, seorang penulis terkemuka yang kerap menyuarakan anti-imperialisme dan anti-kapitalisme di Amerika Latin, meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru.

Salah satunya bukunya yang di tulis di tahun 1971, Open Veins of Latin America, menjadi best-seller di Amerika Serikat setelah Presiden Venezuela Hugo Chavez menyerahkannya kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama di fifth Summit of the Americas di tahun 2009.

Dalam salah satu sub-judul buku tersebut, Galeano menulis tentang Amerika Latin yang selama berabad-abad dimiskinkan untuk memberi makan bagi kemakmuran Eropa dan Amerika Serikat.

Bukunya yang lain adalah Memory of Fire Trilogy, The Following Days, Memory of Fire (1982-86), Upside Down: A Primer for the Looking-Glass World (1998), Children of the Days: A Calendar of Human History (2013), dan Guatemala, an Occupied Country (1969).

Dalam Children of the Days, Galeano merinci bagaimana kekuasaan dan kekayaan menjadi semakin terkonsentrasi di segelintir tangan, yang dirangkainya dari contoh-contoh di abad ke-15 hingga sekarang ini. Sampai-sampai ia sendiri pernah bilang, “sejarah tidak pernah benar-benar mengatakan selamat tinggal. Sejarah selalu mengatakan, sampai jumpa nanti.”

Galeano lahir 3 September 1940. Ia memulai karinya sebagai penulis di usia sangat muda. Saat berusia 14 tahun, ia mulai membuat kartun politik. Ia memulai karinya sebagai penulis dengan menjadi editor di koran minggua, Marcha. Di tahun 1971, bukunya yang sangat fenomenal, Open Veins of Latin America, dilahirkan untuk memahami sejarah dan politik Amerika Latin.

Ketika kudeta militer meletus di Uruguay tahun 1973, Galeano sempat dipenjara sebentar sebelum melarikan diri ke Argentina. Di sana ia mendirikan majalah budaya, Crisis.

Di tahun 1978, ia menyelesaikan bukunya yang menerima penghargaan, Days and Nights of Love and War, yang berkisah tentang rezim diktator Uruguay di tahun 1970-an.

Ia kembali ke Uruguay di tahun 1985. Saat itulah ia mendirikan publikasi mingguan, Brecha. Di tahun 1995, demi membumikan kecintaannya kepada olahraga paling populer di Amerika Latin, yakni sepakbola, Galeano menulis buku berjudul Football in Sun and Shadow.

Di tahun 2004, Tabare Vazquez dari Frente Amplio (Front Luas) memenangi pemilu Uruguay, sekaligus menjadi pemerintahan kiri pertama dalam sejarah negeri itu. Sebagai bentuk dukungannya, Galeano menulis artikel untuk The Progressive berjudul Where the People Voted Against Fear.

Menurut website The Most Famous People, Galeano adalah salah satu tokoh sastra paling dihormati dan dikagumi di Amerika Latin, terutama karena konsistensinya bersuara tentang hak azasi manusia dan keadilan sosial. Dia juga dianggap kritikus paling vokal dalam membelejeti globalisasi dan dampaknya bagi kemanusiaan.

Di tahun 2013, majalah Inggris The Guardian yang menulis cerita yang luas tentang Galeano, mengatakan, “dia (Galeano) menjadi pujangga dari gerakan anti-globalisasi dengan menambahkan suara yang ringkas dan puitis non-fiksi.”

Guardian juga mengutip kata-katanya: “Dunia ini tidak demokratis sama sekali. Institusi paling kuat, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, dimiliki oleh hanya tiga atau empat negara. Yang lain hanya jadi penonton. Dunia ini diorganisasikan oleh perang ekonomi dan perang budaya.”

Sebagai penulis, Galeano sadar akan tugasnya: membongkar sistem penindasan. Ia sadar, sejarah panjang kolonialisme di Amerika Latin bukan hanya mewariskan kerusakan ekonomi dan politik, tetapi juga ‘amnesia sejarah’. Kolonialisme telah menculik ‘sejarah yang benar’ dari ingatan rakyat Amerika Latin. “Ketakutan terbesarku adalah kita semua menderita amnesia sejarah,” katanya.

Karena itu, sebagai seorang penulis, Galeano merasa berkewajiban untuk melacak akar historis bangsa-bangsa Amerika Latin, termasuk menggali kembali akar kebudayaannya. Semua itu ia curahkan dalam karya-karyanya yang menggabungkan jurnalisme, dokumentasi, analisa politik, sejarah, fiksi, dan kebudayaan.

Galeano adalah ‘penyambung lidah’ rakyat tertindas dan bangsa-bangsa terjajah. Selamat jalan, kamerad!

Raymond Samuel

*diolah dari berbagai sumber

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid