Nahkoda Baru dan Cita-Cita Besar LMND

Di Kongres VIII LMND, mayoritas peserta Kongres menyadari arti penting perjuangan politik untuk mendorong perubahan mendasar di Negara ini agar menjadi lebih baik.

Kongres VIII Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), yang digelar tanggal 25-28 Oktober 2019 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, menghasilkan nahkoda baru.

Setelah melalui proses yang alot, Kongres akhirnya menunjuk Muhammad Asrul sebagai Ketua Umum dan Reza Reinaldi Wael sebagai Sekretaris Jenderal LMND periode 2019-2021. Keduanya akan menjadi nahkoda baru LMND untuk mengarungi kerasnya gelombang perjuangan ke depan.

Asrul lahir di Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, pada 10 Agustus 1992. Ia menuntaskan pendidikan dasar hingga menengah atas di kampung halamannya.

Tahun 2010, dia melanjutkan studi di Fakultas Pertambangan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Sejak SMP, ia sudah gandrung berorganisasi.

“Saya dari dulu suka berkumpul dan bertemu dengan banyak orang. Makanya saya suka berorganisasi,” ujarnya.

Namun, Asrul juga punya empati terhadap berbagai persoalan di sekelilingnya, terutama persoalan rakyat. Hal itu juga yang mempertemukannya dengan LMND.

“LMND saat itu yang dekat dengan rakyat. Selalu melakukan advokasi dan menyuarakan persoalan rakyat. Itu yang membuat saya tertarik bergabung,” ungkapnya.

Sementara Reza Reinaldi Wael—atau akrab disapa Adhyna—lahir di teluk Kaiely , Pulau Buru, Maluku, pada 16 Januari 1993. Ia menuntaskan pendidikan dasar hingga menengah atas di Namlea, Pulau Buru.

Tahun 2011, Adhyna melanjutkan studi di Yogyakarta. Tepatnya di fakultas teknik lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Sejak kecil, Adhyna suka hal-hal yang baru dan unik, termasuk dalam hal pemikiran. Pertemuannya dengan LMND juga dilatari dari ketertarikan akan kebaruan itu.

“Pembahasan di setiap obrolan anak-anak LMND selalu berbeda dengan organisasi lain. Topiknya relevan dengan situasi keseharian di sekitar kita,” jelasnya.

Menurutnya, LMND menyuguhkan cara berpikir yang maju dalam membaca dan memberikan solusi atas berbagai persoalan, dari kehidupan sehari-hari hingga kehidupan berbangsa.

Ia juga mengaku terpukau dengan budaya egalitarianisme dan kolektivisme dalam ber-LMND. Tak ada senior maupun yunior. Semua anggota atau kader, entah sudah bergabung lama atau baru, dianggap sama.

Kembali Memimpin di Kampus

Sebagai organisasi mahasiswa, dengan basis keanggotaan adalah mahasiswa, maka sudah menjadi keharusan bagi LMND untuk membesar di dalam kampus.

Ini pula yang menjadi semangat Asrul dan Adhyna serta peserta Kongres VIII LMND. Ada harapan besar bahwa LMND ke depan bisa berkiprah banyak di kampus.

“Selain merespon isu-isu pendidikan, anggota-anggota LMND harus terlibat di dalam organisasi-organisasi di dalam kampus, seperti BEM, HMJ dan UKM,” kata Asrul.

Namun, agar bisa berterima dengan masyarakat kampus, LMND harus bisa menjawab persoalan-persoalan dunia pendidikan. Tentu saja, sebuah solusi yang tepat harus diperkaya dengan kajian dan data.

“LMND akan memperbanyak riset-riset ilmiah dan melakukan pengumpulan data. Jadi, tidak asal bicara, tapi bicara berdasarkan kajian dan data,” jelasnya.

Namun, meski LMND meletakkan kampus sebagai ruang utama untuk beraktivitas, organisasi yang lahir tahun 1999 tidak akan melupakan khittahnya sebagai bagian dari pergerakan rakyat.

Karena itu, selain mengangkat isu-isu pendidikan, LMND juga akan berbicara isu-isu politik, ekonomi, sosial dan budaya yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak.

“Kami akan membawa isu-isu rakyat ke kampus. Begitu juga sebaliknya, kami juga membawa isu pendidikan ke tengah-tengah rakyat. Sebab, pendidikan adalah hak seluruh rakyat,” jelasnya.

Selain itu, sesuai mandat Kongres, LMND akan memperjuangkan hadirnya UKM Pancasila di kampus-kampus. Ini cara LMND untuk menghadirkan Pancasila di kampus-kampus.

Tak hanya itu, Kongres juga memberi mandate ke pengurusan baru untuk mulai menggarap pelajar menengah atas. Selain karena pelajar merupakan calon mahasiswa, LMND juga menyadari besar pergerakan pelajar.

Intervensi Pemilu 2024

Di Kongres VIII LMND, mayoritas peserta Kongres menyadari arti penting perjuangan politik untuk mendorong perubahan mendasar di Negara ini agar menjadi lebih baik.

Dan salah satu arena perjuangan politik itu adalah: Pemilihan Umum (Pemilu). Karena itu, Kongres VIII LMND memutuskan agar organisasi mahasiswa yang berwatak progressif dan revolusioner ini bisa mewarnai Pemilu 2024.

Bentuk konkretnya, LMND akan menjadikan Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai kendaraan elektoralnya. Dan untuk itu, LMND akan bekerja keras dan terlibat langsung dalam pembentukan struktur PRD di seluruh Indonesia.

“Karena ikut pemilu ada persyaratan Undang-undang, salah satunya persyaratan jumlah struktur kepengurusan dan anggota. Maka LMND akan ikut dalam membantu penstrukturan PRD,” kata Asrul.

Selain itu, lanjut dia, sesuai keputusan Kongres, LMND juga akan menjadi organisasi yang berusaha menjadi penunjuk jalan sekaligus inisator terbangunnya persatuan nasional.

Sebab, kata dia, tanpa persatuan nasional, sulit untuk mendorong perubahan mendasar di Negara ini.

Gerakan Mahasiswa Kekinian

Salah satu cita-cita besar dari Asrul, Adhyna dan mayoritas peserta Kongres VIII adalah menjadikan LMND sebagai organisasi pergerakan mahasiswa yang modern alias senapas dengan perkembangan zaman.

“LMND harus bertransformasi sesuai perkembangan zaman agar diterima anak-anak muda di zamannya,” kata Sekjend LMND, Adhyna.

Adhyna ingat kata-kata Sukarno: “tiap masa, tiap zaman, tiap periode mempunjai tjorak perdjuangan sendiri-sendiri.”

Menurutnya, pertautan antara kecenderungan dunia yang makin terglobalisasi dan perkembangan teknologi-informasi bukan hanya mengubah cara kerja manusia, tapi juga imajinasi dan cara pandangnya terhadap dunia.

Bahkan cara orang mengorganisir protes dan perlawanan, kata Adhyna, terpengaruh oleh perkembangan-perkembangan baru tersebut, seperti yang tampak di banyak Negara.

“Aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar yang menolak revisi UU KPK dan RUU ngawur juga menunjukkan dinamika baru pergerakan mahasiswa. Dari bagaimana mereka termobilisasi hingga cara menyampaikan pesan protes,” jelasnya.

Menurut Adhyna, LMND harus membaca perkembangan baru ini, sehingga bisa menemukan taktik pengorganisiran dan pembangunan gerakan yang tepat.

Disamping itu, kata dia, LMND maupun pergerakan mahasiswa pada umumnya harus bisa piawai memanfaatkan kemajuan teknologi, penggunaan data, dan aspek-aspek yang terkait dengan perkembangan revolusi industri 4.0.

Bangkit Nusantara

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid