Mengenang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 (selesai)

Sikap dan kebijakan penguasa NKRI sekarang, yang sepenuhnya tunduk pada konsep-konsep pembangunan neo liberalisme,  itulah yang  menyebabkan timbul terjadinya kesenjangan ekonomi yang sangat tajam, dalam masyarakat kita. Ini tercermin dalam hubungan dialektika ekonomi di Indonesia  sejak zaman kolonialisme Belanda sampai sekarang, yang pada dasarnya tidak mengalami perubahan. Ekonomi rakyat dimana massa wong cilik tetap dalam posisi tertindas dan sebagai lapisan terbawah dalam konstelasi ekonomi Indonesia. Proses ekploitatif nampaknya  semakin mencengkam, karena  adanya interaksi antara aktor-aktor ekonomi kelompok kuat (baca: Oligarki-ekonomi yang dipimpin oleh  Aburizal Bakri (Ical) yang memegang  kekuasaan negara dengan jabatan sebagai ketua kualisi dalam KIB jilit ke 2, dengan aktor-aktor ekonomi lemah yang terdiri dari massa wong cilik yang mencari nafkah sebagai buruh pabrik, petani, buruh tani, petani gurem, nelayan, buruh nelayan, buruh angkutan kota (angkot), pengrajin kecil dan aktor-aktor ekonomi dalam skala kecil yang lainnya. Ini dibuktikan, antara lain, dalam bentuk menurunnya tingkat upah riil kaum buruh, semakin banyaknya petani yang tak mempunyai tanah dan semakin tinggi meningkatnya pengangguran baik yang terbuka  ataupun yang terselubung.

Bisa dipercaya, bahwa kesenjangan ekonomi yang  tajam  yang  kita saksikan di NKRI  sekarang ini, cepat atau lambat akan menumbuhkan polarisasi sosial, dengan berbagai bentuk dan wujudnya, seperti misalnya eksklusivisme, parokhialisme, antagonisme, dan berbagai ketidak selarasan sosial.  Jika situasi seperti ini terjadi, semua itu adalah tanggung jawab penguasa NKRI, jangan salahkan masa rakyat, karena kejadian semacam itu adalah merupakan dampak sistemik dari perbuatan penguasa NKRI yang telah melakukan tindakan penindasan dan penghisapan terhadap rakyat Indonesia, sehingga kemiskinan yang jumlahnya semakin hari sekamin meningkat, sebagai akibat adanya penjajahan ganda yaitu penjajahan dari luar dan dari dalam. Dari luar, yaitu penjajahan yang dilakukan oleh imperialisme neoliberal yang didukung oleh pemerintah SBY, dan dari dalam, yaitu penjajahan yang dilakukan oleh kaum kapitalis birokrat dan kelompok ologarki ekonomi, yang semuanya berlindung dibawah PD dan Golkar yang mendominasi kekuasaan negara.

Proklamasi kemerdekaan kita mengabsahkan dan memberi dimensi bagi misi-misi kultural seperti yang sudah di sebut-sebut diatas,  yang bertujuan untuk pembebasan, membangun suatu masyarakat yang adil dan makmur, merdeka dan berdaulat secara materiel dan spirituil, dan menjadi suatu bangsa yang mandiri, untuk mengangkat harkat dan martabat manusia-manusia Indonesia.

Diatas sudah dikatakan, bahwa dialektika hubungan ekonomi di zaman kolonial Belanda secara essensial tidak berbeda dengan hubungan dialektika  ekonomi yang terdapat di Indonesia sekarang ini. Yang berubah adalah warisan aktor ditingkat atas, sedangkan sifat interaksi tidak berubah. Penguasa kolonial dan birokrat sekarang seluruhnya pribumi yang pada umumnya adalah para elite PD dan Golkar  penegak orde baru (baca : partai pengkhianat revolusi Agustus 1945).

Dampak dari pengkhianatan PD dan Golkar adalah menjadikan Indonesia tetap tergantung pada  modal asing dan utang luar negeri.

Ketergantungan pada pihak asing tercermin dalam bentuk pembayaran pembangunan yang didanai modal asing dan utang luar negeri yang sangat memainkan peranan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sampai saat sekarang ini. Sehingga Indonesia sekarang terus merupakan pemasok surplus ekonomi yang sangat setia kepada pihak asing.

Oleh karena itu ditahun 2010 ini kita bangsa Indonesia  rasanya sudah didesak untuk menemukan kembali jalannya revolusi Agustus 1945, didesak untuk menyelesaiakan Revolusi Agustus 1945 sampai keakar-akarnya; jika kita bangsa Indonesia  memang benar-benar cinta tanah air, NKRI dan bangsanya.

Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa Golkar  adalah  sebagai biang keladi dari  adanya segala malapetaka yang telah menyebabkan terjadinya krisis multidimensi di negara kita yang sampai sekarang ini tak dapat di atasi, apalgi sekarang ditambah dengan adanya PD yang merupakan budak-budak neoliberal yang telah berhasil mendomibasi kekuasaan politik dinegeri ini.

Adalah suatu kenyataan bahwa krisis multi demensi samapai detik ini tidak dapat kita atasi, bahkan semakin mengancam keutuhan NKRI, ini semua adalah disebabkan oleh karena  PD dan Golkar tetap dalam posisi dominan sepeti dijamannya orde baru, bahkan menduduki posisi sebagai Presiden (SBY-PD) dan Golkar sebagai pendukung setianya (seperti jaman orde baru lilit ke 1) yang menempati kedudukan sebagai ketua kolalisi KIB jilid 2 .

Jika situasi semacam ini tidak diakhiri, maka bangsa Indonesia akan tetap kehilangan kemerdekaannya, sehingga yang tinggal hanyalah kenangan hampa Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.  Yah, ia hampa karena kemerdekaan 17 Agustus 1945 belum sampai dapat membawa kemakmuran bagi semua rakyatnya, khususnya wong ciliknya tapi sekarang sudah melenyap ditiup oleh gelombang tschumani  globalisasi yang digerakkan oleh kekuatan kapitalis neoliberal yang disokong dan dianut oleh pemerintah SBY-Boediono, yang memperoleh dukungan kuat Golkar (baca: penegak rezim militer fasis Soeharto di Indonesia) dan PD (baca: partainya SBY).

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid