Kuba Kritik Negara Yang Menyokong Terorisme Global

Perwakilan tetap Kuba di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Anayansi Rodríguez, mengeritik negara-negara, termasuk Amerika Serikat, yang turut mendanai, mempersenjatai dan melatih kelompok ekstremis di berbagai belahan dunia.

“Rakyat kami terus menanggung bekas luka akibat aksi terorisme yang dibiayai dan disokong dari luar,” kata Anayansi di pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York, Senin (13/2/2017).

Dalam kesempatan itu, Anayansi mengeritik standar ganda dan kesan selektif dalam perang melawan terorisme. Menurut dia, banyak negara, termasuk AS, hanya menjadikan terorisme sebagai pembenaran atau dalih untuk melakukan intervensi dalam urusan internal negara lain.

“Kami menolak dan mengutuk standar ganda serta perlakuan selektif dalam isu (terorisme) ini,” tegasnya.

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa perang melawan teror tidak boleh menjadi dalih untuk melakukan intervensi, gangguan, agresi dan melanggar Hak Azasi Manusia.

Meski tidak eksplisit menyebut nama negara, pemerintah Kuba berulangkali menyatakan kecaman atas keterlibatan sejumlah negara, terutama AS dan Arab Saudi, dalam mendukung kelompok teroris di Suriah untuk menumbangkan pemerintahan Bashar Al-Assad.

Amerika Serikat sendiri sudah menggelontorkan 500 juta USD dalam bentuk senjata, makanan, dan obat-obatan untuk kelompok ekstremis bersenjata di Suriah. Arab Saudi, Turki, dan Qatar juga melakukan hal yang serupa.

Sebagian besar kelompok yang menentang dan berusaha menggulingkan Assad terkait dengan kelompok teroris, seperti Jabhat Fateh al-Sham (sebelumnya bernama Front Al-Nusra) dan Negara Islam (ISIS).

Di akhir 1980-an, AS berkontribusi dalam melahirkan kelompok militan Mujahidin dalam kerangka menghalau Uni Soviet. Belakangan, kelompok militan Mujahidin inilah yang bertransformasi menjadi Al-Qaeda dan Taliban.

Osama Bin Laden, gembong teroris Al-Qaeda, adalah sekutu AS dalam perang melawan Soviet itu. Kita tahu, Osama dan Al-Qaeda dituding sebagai otak dan pelaku serangan teror 11 September 2001 di New York.

Kuba sendiri tidak lolos dari sasaran terorisme yang disokong dan dirancang oleh AS. Tahun 1976, AS menggunakan bekas informan CIA untuk mengebom pesawat sipil Kuba yang menyebabkan 73 orang tewas.

Tahun 1997, teroris yang terkait dengan CIA kembali mengebom sejumlah hotel di Havana, Kuba. Satu orang warga asing tewas dalam peristiwa tersebut.

“Kuba tidak pernah, dan tidak akan, mengijikan tanahnya dijadikan sasaran pelaksanaan, pendanaan, dan perencanaan aksi terorisme melawan bangsa manapun,” tegas Anayansi.

Pertemuan Dewan Keamanan PBB ini membahas soal dampak serangan teroris terhadap infrastruktur publik. Pertemuan kemudian menghasilkan resolusi 2341 yang meminta semua negara mengambil langkah strategis untuk melindungi infrastruktur publik dari serangan terorisme.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid