Kisah Yang Jarang Terlaporkan: Perjuangan Dokter Kuba Di Haiti

Pada 10 Januari 2010, Haiti diguncang gempa sekuat 7.3 skala richter. Dalam sekejap, negeri “permata Karibia”—julukan Christopher Columbus—hancur berantakan. Gempa itu membawa malapetaka besar: 320.000 ribu rakyat Haiti tewas, 300.000 ribu terluka, dan 1 juta orang kehilangan rumah.

Dunia internasional pun mulai mengulurkan tangan. Akan tetapi, tangan pertama yang benar-benar menolong rakyat Haiti adalah tangan-tangan dokter Kuba. Dokter-dokter Kuba, yang sering dinamai “brigade internasionalis”, bekerja di tengah reruntuhan untuk memberi pertolongan kepada korban.

“Situasinya sangat sulit, tapi kami sudah mulai menyelamatkan nyawa,” demikian laporan singkat komandan brigade, Dr Carlos Alberto Garcia, kepada Fidel Castro hanya beberapa jam setelah tiba di Port-au-Prince, Ibukota Haiti.

Tidak hanya merawat para korban, dokter Kuba juga membangun klinik-klik kesehatan dan rumah sakit darurat. “Dokter dan perawat Kuba bekerja non-stop, siang dan malam, dengan kamar operasi yang terbuka 18 jam sehari,” kata Alberto Garcia.

Kontribusi besar dokter Kuba sangat diakui oleh rakyat Haiti. Sampai-sampai Presiden Haiti, René Preval, membuat ungkapan begeni: “Bagi rakyat Haiti, pertolongan pertama datang dari Tuhan dan setelah itu dokter Kuba.”

Cerita tentang kepahlawanan dokter Kuba juga diakui dubes Chile di Haiti saat itu, Marcel Young. Menurut Young, dokter Kuba bekerja dengan semangat altruism yang sangat besar dan kemurahan hati.

Young juga mengungkapkan, “faksi-faksi politik di Haiti saling berbenturan satu sama lain, tetapi tidak satupun diantara mereka yang menginginkan dokter Kuba pergi.”

Kiprah Dokter Kuba di Haiti

Pada tahun 1998, saat Haiti dilandai badai topan George, Castro mengirimkan tenaga kesehatan untuk membantu rakyat Haiti. Itulah delegasi pertama dokter Kuba di Haiti.

Pada tahun 1999, Kuba sudah menempatkan 63 dokter keluarga dan spesialis di Haiti. Bersaman dengan itu, Kuba juga membantu pemerintah Haiti untuk membangun sekolah kedokteran pertama di negeri itu.

Pada tahun 2001, jumlah dokter Kuba makin bertambah. Fakultas kesehatan juga sudah dibuka di Universitas Negara Port au Prince. Sayang, pada tahun 2004, sebuah kudeta di Haiti sempat menginterupsi misi kemanusiaan itu.

Pada tahun 2005, Kuba memulai program “Operation Miracle”—semacam program perawatan kesehatan mata—di Haiti. Program itu pernah sukses memulihkan penglihatan 2 juta orang di Amerika Latin.

Pada saat gempa terjadi, jumlah dokter Kuba mencapai 367 orang. Lima hari setelah gempa, pesawat militer Kuba sudah mendatangkan 1500 tenaga relawan. Sementara negara lain cuma membuang obat-obatan dari udara.

Menurut catatan, sejak tahun 1998, dokter Kuba sudah melayani 18 juta keluhan kesehatan di Haiti. Selain itu, dokter Kuba juga sudah melakukan operasi terhadap 304.577 orang dan menvaksinasi 1.501.076 orang. Juga, dokter Kuba berhasil menyelamatkan nyawa 284.239 orang.

Sejak gempa bumi tahun 2010 lalu, dokter Kuba sudah mengobati 347.601 orang dan melakukan operasi 8870 kali. Juga, tidak terlupakan, telah membantu kelahiran 1631 bayi dan menvaksinasi 74.493 orang.

Bukan cuma itu, dokter Kuba juga telah membantu terapi mental 116.000 anak-anak Haiti. Selain itu, dokter Kuba juga menjalankan rumah sakit di 23 communal (provinsi) dan 10 pusat diagnose (kerjasama dengan Venezuela).

Terabaikan oleh Media AS

Menurut catatan seorang jurnalis di Philadelphia, Dave Lindorff, hanya ada dua media AS yang melaporkan respon Kuba terhadap gempa bumi di Haiti. Yang pertama, Fox News, yang melaporkan Kuba tidak ada dalam daftar negara Karibia yang memberi bantuan ke Haiti. Yang kedua, Christian Science Monitor, yang melaporkan adanya pengiriman 30 dokter Kuba ke Haiti.

Christian Science Monitor memang membuat laporan tentang hal itu, tetapi jumlah yang dilaporkannya sangat sedikit. Sebab, pada faktanya, jumlah dokter Kuba yang dikirim saat itu mencapai 400-an orang.

Richard Gott, mantan editor Guardian dan spesialis Amerika Latin, mengatakan, “media barat diprogram untuk acuh tak acuh terhadap bantuan yang datang dari tempat-tempat tidak terduga”.

Dalam kasus Haiti, kata Richard Gott, media barat tidak hanya mengabaikan kontribusi Kuba, tetapi juga upaya yang dilakukan negara-negara Amerika Latin lainnya.

Yang paling banyak mendapat liputan adalah Médecins Sans Frontières (MSF) dan ICRC (palang merah internasional). Kedua lembaga ini disokong dengan dana yang sangat kuat dan perlengkapan medis yang lengkap.

Tim medis Kuba hampir tidak pernah tertangkap kamera media barat. Yang meliput tim medis Kuba cuma media dari Amerika Latin, media berhasa spanyol, dan sejumlah media cetak.

Sedangkan LSM barat mempekerjakan petugas media untuk melaporkan kegiatan mereka kepada seluruh dunia.

Akan tetapi, peran dokter Kuba, yang terbiasa tidak diambil gambarnya oleh stasiun TV, diakui dunia internasional sebagai tenaga medis paling berdedikasi dan paling bersungguh-sungguh dalam menolong rakyat Haiti.

*****

Haiti memang catatan hitam bagi imperialisme barat. Untuk anda ketahui, Haiti adalah negara pertama di dunia yang melepaskan diri dari perbudakan. Raja perang dari benua Eropa, Napolen Bonaparte, pernah dikalahkan di negeri kecil ini.

Barat menganggap hal itu sebagai “penghinaan besar”. Perancis pun membalasnya dengan mengirim tentara yang diangkut 50 kapal. Perancis baru mau meninggalkan negeri Karibia itu setelah ada kompensasi sebesar 90 juta franc.

Jean-Bertrand Aristide, Presiden Haiti yang digulingkan oleh AS, pernah mengatakan, “Perancis telah memeras uang dari Haiti dengan paksaan…sehingga negerinya benar-benar tidak punya lagi uang untuk membangun sekolah, jalan, irigasi, kesehatan dasar, dan jalan raya.”

Utang itu telah menjadi senjata para kolonialis untuk menjarah hutan, emas, minyak, dan gas milik rakyat Haiti. Setiap tahunnya, Perancis menyedot 80% anggaran Haiti untuk pembayaran utang itu.

ALI RAHMAN (Kontributor Berdikari Online)

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid