Kebohongan Media Barat dan Al-Jazeera Terkait Situasi Di Libya

Sebentar lagi Libya akan tenggelam dalam banjir darah. Khadafi, yang memimpin negeri itu dan sekaligus simbol dari revolusi, dianggap pembunuh karena telah melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri.

Dilaporkan juga bahwa Khadafi telah melakukan pemboman terhadap demonstran, bahkan penerus setia sosialisme Arab versi Gamal Abdul Nasser bisa menggunakan senjata kimia untuk memusnahkan rakyatnya.

Begitulah cara media-media barat dan juga Al-Jazeera melaporkan situasi di Libya. Ternyata, situasi di sana tidaklah demikian. Ada upaya untuk melakukan disinformasi terhadap situasi di Libya dan sekaligus menjadi alat untuk mengundang keprihatinan masyarakat internasional agar mengijinkan intervensi militer terhadap negara penghasil minyak tersebut.

Anna Varfolomeeva, seorang reporter internasional di Media-4, mengambil sudut pandang lain dari pekerja Rusia dan Serbia yang menyaksikan kejadian itu secara langsung. “Situasi di Tripoli dan wilayah barat tetap tenang. Kehidupan kota kembali normal.”

Laporan para pekerja itu juga menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi dan pendidikan sudah mulai berjalan. “Banyak toko yang sudah buka. Sekolah dan TK serta lembaga publik lainnya juga sudah buka,” aku saksi mata tersebut.

Laporan ini sangat berbeda dengan apa yang disampaikan oleh media barat dan Al-Jazeera, bahwa Libya sudah diambang pertumpahan darah dan Khadafi sebentar lagi terdongkel dari kekuasaannya.

Berlawanan dengan laporan media barat dan Al-jazeera, pasukan militer Libya dilaporkan masih setia kepada Khadafi, kecuali beberapa orang desertir, yang kadang ditampilkan berulang-ulang di TV.

“Tidak ada tentara di kota-kota. mereka hanya melakukan patroli dan mengecek setiap kendaraan yang memasuki kota Tripoli dan beberapa kota lainnya.”

Saksi mata juga mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar melihat adanya penembak jitu (sniper), yang menurut tuduhan media barat, dipekerjakan oleh Khadafi dan menerima 2 ribu USD perhari serta 400 euro setiap oposisi.

Disamping itu, saksi mata mengatakan, bahwa tentara diperintahkan untuk tidak menembaki demonstran, kecuali dalam situasi-situasi ekstrim, diperkenankan menembak kaki mereka.

Laporan Mahasiswa Indonesia Di Libya

Laporan mahasiswa Indonesia di Libya juga memperkuat laporan saksi mata pekerja Rusia dan Serbia di atas. “Mengenai pembantaian massal di Libya dan penembakan membabi buta, ada mahasiswa dari kampus kami yang berkeliling tiga hari mengelilingi Tripoli tidak menemukan apa-apa yang diberitakan. Tidak ada mayat-mayat bergelimpangan,” tulis salah seorang mahasiswa Indonesia yang berada di Tripoli.

Juga dikatakan bahwa alun-alun kota Tripoli sudah hancur dan dijadikan pusat demo anti-khadafi. Sebaliknya, laporan mahasiswa menyebutkan bahwa alun-alun kota Tripoli masih sangat indah dan sudah dua hari berturut-turut dikuasai oleh demonstran pro-Khadafi.

Selain itu, media barat dan Al-Jazeera pernah melaporkan bahwa Khadafi sudah terdesak dan terkepung di rumahnya. Padahal, esok harinya Khadafi berpidato di Tripoli.

Laporan ini juga membantah adanya pemboman di Tajuro,Suqjumah, Fasylum. “sampai saat ini seluruh responden kami dari berbagai distrik pun sama sekali tidak pernah mendengar bunyi bom satu pun. responden kami dari berbagai distrik dan daerah yang diberitakan terjadi pengeboman mengatakan tidak ada apa-apa, tidak ada bunyi pesawat apalagi letusan bom.”

Selanjutnya laporan mahasiswa Indonesia membeberkan situasi terakhir di ibukota Libya, Tripoli, dengan penjelasan berikut: kota tripoli saat ini sudah berangsur normal. internet, facebook, dan jaringan ponsel sudah kembali normal, toko-toko mulai buka, pasar-pasar tradisional kembali beroperasi, lalu lintas mulai ramai termasuk angkutan-angkutan umum. Rasa mencekam semakin kecil, hanya para warga harus sangat waspada terhadap ancaman kerusuhan.”

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid