Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) adalah sebuah even sastra dan seni internasional yang melibatkan banyak figur dari banyak negara yang akan tampil dalam satu panggung.
UWRF pertamakali diselenggarakan pada tahun 2004, kini dikenal sebagai salah satu festival sastra terbesar di Asia Tenggara. Misi dari UWRF adalah mewujudkan sebuah festival berskala internasional yang merayakan pemikiran, ide, serta isu-isu global. UWRF adalah proyek tahunan utama dari yayasan nirlaba Mudra Swari Saraswati yang didirikan oleh Co-founder, Janet DeNeefe sebagai bentuk pemulihan setelah tragedi bom Bali pertama. UWRF diselenggarakan selama lima hari dan diisi dengan banyak program acara seperti diskusi, workshop, peluncuran buku, spesial even, pertunjukan musik, pemutaran film, pameran seni, dan banyak lagi.
Untuk tahun ini UWRF masuk pada penyelenggaraannya yang ke-15, akan dibuka pada tanggal 24 Oktober 2018 mendatang dan telah disiapkan beragam program menarik dan beberapa program kesenian tersebut merupakan acara tak berbayar yang bisa diakses oleh publik.
Pencinta sastra bisa berjumpa para penulis dari seluruh dunia. Penikmat film berkesempatan untuk berbincang dengan sutradara. Penggemar seni bisa mengapresiasi beragam instalasi seni serta larut dalam alunan harmoni dari para musisi. Pemuja puisi dan kata-kata pun bisa ikut berekspresi.
Deretan film akan ditayangkan mulai tanggal 24 hingga 26 Oktober 2018, ada film dokumentasi perjalanan Chaplin pada tahun 1932, berjudul Chaplin in Bali (2017). Juga ada Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak (2017) yang adalah film pilihan Komite Seleksi Oscar 2019 untuk mewakili Indonesia dalam mengikuti kompetisi Best Foreign Language Film pada Oscar ke-91 tahun depan. Juga ada film Love is a Bird (2018), yang merupakan karya terbaru Richard Oh. Kemudian Laut Bercerita (2017) yang diadaptasi dari novel Leila S. Chudori dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Dan terakhir Sekala Niskala (2017) karya Kamila Andini. Menariknya, beberapa pemutaran film di UWRF ini juga akan diikuti oleh sesi tanya jawab bersama para sutradara.
UWRF juga menggelar peluncuran buku di beberapa lokasi sekitar Ubud. Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Sebastian Partogi dan disunting oleh Kan Lume, akan diluncurkan di Blanco Renaissance Museum pada Kamis, (25/10/18). Para peserta Festival pun bisa bergabung bersama kelima Emerging Writers UWRF dalam peluncuran UWRF18 Bilingual Anthology pada Sabtu (27/10/18) di Joglo @ Taman Baca. Selain kedua buku tersebut, masih banyak buku menarik lain yang akan diluncurkan dalam rangkaian acara UWRF. Tema dan jenis bukunya pun beragam, dari sejarah hingga politik, novel hingga buku foto.
Pameran seni instalasi seni karya seniman terbaik dari Indonesia juga diadakan dengan tajuk Anonymous Ancestors, Comfort Zone – A Solo Exhibition yang telah dibuka di Littletalks Ubud sejak 30 September dan akan berlangsung hingga 30 Oktober mendatang. Para pengunjung UWRF pun bisa menikmati pameran seni lainnya seperti GloBALIzation yang menggambarkan budaya dan moderenitas yang berseberangan, PAUSE; URBAN DECAY yang menghadirkan karya fotografi ruang urban, Masa Subur yang adalah karya para perupa perempuan Indonesia.
Di UWRF juga ada sesi Piknik Puisi dan Ekspresi yang akan diselenggarakan di Taman Puisi. Selain itu, UWRF juga menghadirkan Women of Words Poetry Slam yang didukung oleh PWAG Indonesia untuk merayakan feminisme dan keberagaman dalam rangkaian kata-kata yang indah. Tidak terlewat, ada pula Hujan Bulan Juni, sebuah pertunjukkan musikalisasi puisi dengan penampilan dari Teater Kalangan, Jovan Yudistira, Sams, Kwal, dan Resonansi Ruang. Para pengunjung Festival pun bisa bersiap tenggelam dalam sajak-sajak yang akan dibawakan Tishani Doshi dan pembacaan karya oleh Dee Lestari dalam sesi Aroma Karsa.
Penampilan komposer musik jazz Spanyol Rodrigo Parejo, pemain alat musik kora Miriam Liebermann, serta penyair Saras Dewi dan Kadek Sonia Piscayanti dapat dinikmati dalam dalam sesi From Bali to West Africa. Musik dan harmoni dalam sesi The World We Create akan menghadirkan Brozio Michael Band, Gabriel Mayo, dan Pagi Tadi. Para musisi tersebut akan mengeksplorasi tema UWRF ‘Jagadhita’ lewat nada agar dapat dinikmati peserta Festival.
Sebagai penutup perhelatan festival sastra ini menghadirkan penampilan Filastine & Nova, Ika and The Soul Brothers, dan Gaya Gayo. Closing Night Party UWRF merupakan acara kesenian yang penuh dengan musik, tari, dan apresiasi, yang dapat dinikmati pukul 19.00-23.00 WITA pada Minggu (28/10/18) di Blanco Renaissance Museum.
Informasi lebih lengkap terkait program acara, tiket dan lain sebagainya Pembaca bisa mengakses www.ubudwritersfestival.com (*)
Sukir Anggraeni
Kredit foto: Kumparan.com/kanalbali
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid