Ini Bukan Perang Saudara, Tapi Perang Perampokan oleh NATO, Israel, Turki, dan Monarki Teluk

Syria dalam neraka, karena krisis akan terus berlanjut selama ada negara yang mendukung dan membiayai terorisme. Barat bertekad menghancurkan pemerintah Suriah untuk menciptakan negara yang lemah dan pada akhirnya akan menjamin keamanan Israel.

Turki, yang memiliki hubungan erat dengan Barat, memasok senjata, uang dan relawan, untuk kelompok-kelompok seperti Front Al Nusra dan ISIS. “Barat memandang terorisme sebagai ‘kartu as’ yang dapat dimainkan secara berkala”, kata Presiden Suriah Bashar al Assad pada media Rusia RT. Ia menambahkan bahwa aliansi antara Suriah, Iran, Irak dan gerakan Hizbullah-Lebanon, yang disebutnya “sumbu perlawanan”, akan mengalahkan terorisme yang merupakan alat baru untuk menundukkan wilayah tersebut”. Rusia secara tegas telah bergabung.

Amerika Serikat telah membom Suriah sejak September 2014 tanpa persetujuan dari Damaskus yang berarti melanggar hukum internasional. Serangan ini tidak berdampak terhadap kelompok-kelompok teroris seperti ISIS tetapi hanya memperkuat mereka… hingga sekarang. Presiden Rusia, Vladimir Putin, membuat kegemparan ketika ia mengirim bantuan militer ke Suriah. Selama beberapa minggu terakhir, pasukan gabungan dari pesawat tempur militer Rusia dan Suriah menyerang pos komando teroris di Palmyra, Aleppo dan Homs.

Miguel Fernández Martínez, seorang wartawan Kuba dari kantor berita Amerika Latin Prensa Latina sekarang berada di Suriah sebagai koresponden.

“Sebelumnya saya berada di Amerika Tengah untuk meliput pemilu di El Salvador. Saya juga telah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, Puerto Rico, dan bagian lain dari Amerika Latin “, katanya kepada majalah Punto Final. Tentang kehadiran penasihat militer Rusia di Suriah, ia mengatakan bahwa kehadiran tersebut memprovokasi kehebohan di antara para pembuat strategi di Barat, yang berjudi untuk menghancurkan negara Arab ini: “Pers Barat tidak memberi ruang dalam pemberitaannya untuk  mengumumkan “invasi bersenjata” dengan tujuan “perebutan wilayah”. Mereka lebih menciptakan suasana bermusuhan dan ketegangan. Dia mengatakan bahwa serangan udara oleh Israel terhadap wilayah Suriah pada bulan Agustus lalu tidak disebutkan oleh Barat Press: “pesawat tanpa awak menyerang desa al-Koum, yang terletak di provinsi Quneitra, 67 kilometer barat daya Damaskus. Sehari sebelumnya, sebuah helikopter Israel menembakkan roket ke berbagai bangunan di Quneitra, menyebabkan kerusakan material yang serius”.

Pentagon dan NATO melihat kehadiran Rusia di Suriah sebagai kegagalan upaya mereka selama empat tahun terakhir untuk menggulingkan Presiden Bashar al Assad.

Agresi Atas Biaya Barat

Menurut UNICEF, 5,6 juta anak Suriah menderita kemiskinan ekstrim dan dipaksa untuk pindah terus-menerus, melarikan diri dari zona perang. Dua juta pengungsi tinggal di Lebanon, Yordania, Irak, Mesir, Turki dan di negara-negara lain di Afrika Utara. Sementara 3,6 juta anak-anak tetap berada dalam situasi hidup yang rentan. Dua puluh ribu anak meninggal dalam perang ini. “Gambar dari seorang anak Suriah, Aylan Kurdi, yang tergeletak tak bernyawa di atas pasir pantai Turki, berderak seperti cambuk atas hati nurani dari kemunafikan dan diamnya Eropa, yang tidak memberikan perlindungan kepada para korban dari (tindakan)nya sendiri. Eropa, Amerika Serikat, Israel dan tentara mereka mendorong perang yang merenggut kehidupan anak itu. Aylan adalah cerminan dari anak-anak Suriah lainnya yang sekarang sekarat di Damaskus, terkena roket teroris, tercekik gas beracun di al Foa dan Kafraya, atau yang kepala mereka dipenggal secara brutal di Raqaa, atau tertaklukkan oleh panas dan haus di padang gurun karena coba melarikan diri tembakan meriam”, kata Fernandez.

Bagaimana blokade Amerika Serikat mempengaruhi rakyat Kuba dalam komunikasi, internet dan penyiaran? Apakah itu sedikit mirip dengan Suriah?

“Semua blokade berbahaya karena korban memiliki banyak kebutuhan. Kuba tahu sangat baik akan hal ini, setelah menghadapi blokade fisik yang diberlakukan oleh Amerika Serikat selama lebih dari 50 tahun, yang hingga saat ini menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari 833.755 juta dolar. Dalam kaitan dengan Suriah, kekuatan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Perancis dan Inggris, juga tidak menunjukkan belas kasihan. Mereka menyita ekspor Suriah, memblokir semua kontrak, dan membekukan rekening bank (orang Suriah). Mereka mengganggu sinyal satelit, sehingga kebenaran tidak muncul ke permukaan, dan akhirnya, kampanye media diarahkan untuk mengacaukan, memecah-belah dan menghancurkan persatuan rakyat Suriah dan untuk melemahkan perlawanan terhadap agresi teroris yang disponsori oleh Barat “.

Ceritakan pada kami tentang Pemerintah Bashar al Assad. Bagaimana kehidupan di Suriah sebelum ada intervensi AS dan Uni Eropa?

“Presiden Bashar al Assad dijadikan kambing hitam oleh mereka di lingkaran besar kekuatan internasional yang berusaha mengulang di Suriah apa yang telah mereka lakukan di Afghanistan, Irak, Yaman, Libya dan di negara lain di kawasan itu. Sejak lama sebelum krisis bermula tahun 2011, al Assad berada di bawah kaca pembesar Washington dan badan intelijennya dan ditakdirkan untuk menjadi korban keserakahan imperialis karena tidak tunduk pada fatwa dari Gedung Putih.

Sejak Presiden al Assad berkuasa menyusul kematian ayahnya, Hafez al Assad, ia melanjutkan kebijakan pan-Arab untuk persatuan regional, yang telah membuat Suriah menonjol dalam Gerakan Non-Blok. Assad tidak berkompromi atas perekonomian nasional demi desain IMF. Mengikuti kebijkan ayahnya, ia menjadi pembela yang paling penting bagi perjuangan Palestina untuk mengembalikan wilayah yang diduduki oleh Israel dan untuk kembalinya jutaan pengungsi Palestina ke tempat asal mereka. Suriah telah selalu menjadi salah satu musuh buruk bagi Israel, yang mengutuk kebijakan ekspansionis dan menyerukan kembalinya Dataran Tinggi Golan yang diduduki secara ilegal sejak 1967. Untuk itu, kita harus menambahkan hubungan solid yang terjadi antara Damaskus dan Republik Islam Iran. Mereka dipersatukan oleh ikatan sejarah persahabatan dan kerjasama.

Bashar al-Assad menggerakkan modernisasi masyarakat Suriah yang diprakarsai oleh ayahnya pada 1970-an, membela konsep negara sekuler, mengenakan hukum negara pada semua agama dan hak hidup berdampingan secara damai bagi multietnis, yang membentuk komponen inti rakyat Suriah. Ia juga tidak mengijinkan privatisasi industri minyak atau industri negara yang paling penting lainnya. Karena semua alasan ini, maka itu lah tujuan pemerintahan-pemerintahan neokolonial AS dan sekutunya di Eropa menghancurkannya”.

Apa yang sebenarnya terjadi di Suriah: apakah perang saudara?

“Saya menolak tesis bahwa ada perang saudara di sini. Pernyataan ini bohong seperti matahari yang terbit pada malam hari. Apa yang terjadi di sini adalah agresi internasional, dikelola oleh NATO, Departemen Luar Negeri AS dan intelijen Israel, yang berhasil menyatukan monarki Teluk Persia – Arab Saudi dan Qatar- bersama dengan pemerintah Yordania dan Turki, untuk memulai pengepungan di Suriah. Strategi untuk memulai krisis sudah jelas. Mereka coba mentransfer efek yang telah diuji pada negara-negara lain dalam apa yang dikenal sebagai Arab Spring ke Suriah. Ini bentuk destabilisasi yang menghasilkan penderitaan di semua negara yang mengalaminya. Untuk ini mereka gunakan berbagai metode, salah satunya adalah manipulasi kelompok terkenal Ikhwanul Muslimin, yang telah digunakan di Mesir, Libya, Tunisia dan di negara-negara lain, berusaha memberikan nuansa keagamaan dalam protes-protesnya dan di sisi lain menggunakan organisasi-organisasi politik pengganggu stabilitas yang diorganisir oleh Kedutaan Besar AS.

Bukan rahasia bahwa sebelum demonstrasi populer berlangsung Maret 2011 yang memprakarsai awal konflik, mantan duta besar Amerika utara di Damaskus, Robert Ford, selalu bepergian ke berbagai provinsi, bertemu dengan para pemimpin oposisi dan membiayai aksi-aksi protes. Dalam demonstrasi “populer” ini ada orang-orang bersenjata yang menembaki polisi. Ini menghasilkan kekacauan dan kekerasan, karena itu semua merupakan rencana yang dirancang dengan baik untuk menghasilkan destabilisasi dan memberikan jalan bagi kelompok-kelompok jihad, yang terorganisir, bersenjata dan dilatih oleh Barat, yang sedang menunggu di perbatasan dengan Yordania di selatan, Turki di utara, dan Irak di timur. Juga bukan rahasia bahwa Free Syrian Army (FSA)- yang sekarang hampir tidak ada jejaknya – mayoritas terdiri dari tentara Suriah pembelot, dibiayai oleh Paris, dan bahwa dalam prosesnya mereka terdisintegrasi, dan mayoritas dari anggotanya bergabung ke geng teroris ISIS atau Front Al Nusra, yang merupakan sayap bersenjata Al Qaeda di Suriah.

Salah satu bentuk lain yang digunakan untuk menyerang Suriah adalah melalui penarikan atau perekrutan tentara bayaran dari enam puluh negara lebih, yang terhasut oleh para ekstremis pemimpin agama yang bersikeras menyerukan jihad atau perang suci terhadap pemerintah yang sah di Suriah. Pada akhirnya, setelah perang memangsa selama empat tahun, pasukan terkonsentrasi di dua kelompok besar. Di satu sisi, pasukan tentara Suriah, dengan jumlah hampir 350 ribu orang bersenjata, bekerja sama dengan milisi rakyat yang dikenal sebagai Unit Pertahanan Nasional, dan di sisi lain, geng teroris yang terus menghasilkan kekacauan dan teror”.

TERORISME ISIS

Bagaimana ISIS melonjak dan bagaimana ia diperkenalkan di Suriah? Siapa yang mengontrolnya? Dikatakan bahwa mereka menjual minyak untuk pembiayaan mereka sendiri dan bahwa mereka memiliki jutaan sumber …

“Kelompok teroris ISIS, juga dikenal dalam bahasa Arab sebagai Daesh, muncul sedikit lebih dari setahun yang lalu dan merupakan pemisahan dari kelompok Al Qaeda yang beroperasi di wilayah Irak. Sejak itu mereka mulai ekspansi ke wilayah Suriah, memproklamasikan berdirinya khilafah, dengan ibukotanya di Raqqa, terletak kurang dari 500 kilometer di sebelah timur Damaskus, ditempati oleh ekstrimis bersenjata.

Kekejaman ISIS dibicarakan setiap hari. Mereka memanipulasi keyakinan agama dari anggota dan pengikut mereka, membuat penafsiran yang salah terhadap al-Quran, mendikte hukum Syariah, dan di dalamnya terdapat jenis pemerintahan tiran; mencakup pengenaan hukuman kejam seperti penyembelihan manusia, rajam, penyaliban dan bentuk barbar lain yang digunakan untuk memaksakan hukum. Di belakang mereka ada seluruh jaringan pengedar narkoba, rentenir dan penjahat, yang kebanyakan berada di negara-negara yang berusaha menggulingkan Bashar al Assad. Juga berdagang minyak dari sumur di zona yang diduduki serta menjual benda-benda arkeologi atau peninggalan sejarah yang mereka rusak dari desa-desa berbeda yang mereka lewati.

Ada detail yang tidak ingin saya abaikan, dan itu adalah manipulasi yang dilakukan oleh media mainstream Barat mengenai wilayah yang diduduki oleh ISIS di Suriah. Banyak media bersikeras bahwa lebih dari 50% dari wilayah Suriah diduduki. Ini sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Mayoritas penduduk Suriah tinggal di daerah yang dikendalikan oleh pemerintah yang berada di tengah sampai ke sebelah barat negara itu, di sepanjang pantai Mediterania. Sebagian besar dari wilayah yang dikendalikan para teroris adalah daerah gurun dengan kepadatan penduduk yang rendah; mereka hanya memiliki kendali atas kota Raqqa, sebagian dari kota Idlib, dan tidak sampai separuh kota Aleppo. Tempat yang mereka benar kuat adalah di kontrol jalan ke wilayah timur, di mana mereka menghambat pergerakan pasukan Suriah ke daerah pertempuran dan melemahkan perekonomian domestik rakyat Suriah”.

Siapakah yang menuai keuntungan jika Suriah hancur?

“Saya ingat bahwa beberapa tahun yang lalu seseorang mengatakan kepada saya bahwa AS dan kekuatan-kekuatan besar ingin mengubah Timur Tengah menjadi “danau minyak yang besar”. Barat tidak pernah memandang dengan rasa hormat atas bagian dunia ini (Timur Tengah). Di sini terdapat jejak masa kolonial, sisa dari budaya kuno dari orang-orangnya, dan cadangan penting bahan bakar yang terus mengalir.

Dalam kasus Suriah, setelah menolak untuk menjadi antek dari kekuatan Barat yang besar, ia “dikutuk” dan diinvasi. Hal yang luput dari perhitungan mereka adalah perlawanan rakyat Suriah, yang berkemampuan untuk mempertahankan diri selama lebih dari empat tahun dalam kampanye agresi teroris ini. Salah satu formula yang coba mereka terapkan untuk mengacaukan persatuan nasional adalah sektarianisme dan coba menciptakan perpecahan antara Sunni, Syiah, Alawi, Kurdi, Armenia, Druze, Kristen, Yazidi yang telah membentuk satu sejarah dan pencampuran yang tidak bisa dihancurkan, yang disebut sebagai rakyat Suriah”.

 

Apa kesulitan yang Anda harus disadari terkait pekerjaan Anda sebagai koresponden Prensa Latina?

“Soalnya sama seperti yang dihadapi oleh setiap rakyat Suriah biasa. Saya tinggal bersama mereka, saya menderita untuk kebutuhan yang sama dan berbagi harapan bersama mereka. Saya bisa mengunjungi daerah-daerah pertempuran, sekolah hancur oleh perang, kamp-kamp pengungsi, dan pada akhirnya, saya mencoba untuk merasakan semua itu. Bahkan saya telah dapat berbicara dengan tentara bayaran asing yang ditangkap oleh tentara Suriah dan mendengar dari bibir mereka sendiri sampai di mana kekuatan eksternal berkomitmen dalam perang ini. Saya memiliki kesempatan untuk mewawancarai menteri melalui segala cara yang ditempuh masyarakat umum. Siapa saja yang bisa memberikan saya versinya tentang perang, dan membantu saya peroleh argumen baru untuk menjelaskan kepada pembaca, akan selalu menjadi agenda saya”.

KRISIS KEMANUSIAAN

Bagaimana situasi kemanusiaan di Suriah?

“Menurut PBB, Suriah menderita krisis kemanusiaan terburuk yang pernah dikenal dalam 70 tahun terakhir. Sebagai konsekuensi dari perang, lebih dari empat juta orang Suriah harus mencari perlindungan di negara-negara lain yakni Lebanon, Turki, Yordania, Irak dan Mesir. Sekitar 11 juta mengungsi di dalam teritori nasional (Suriah), dan jumlah korban tewas adalah mengejutkan. Sampai saat ini, dan beberapa mengatakan bahwa ini adalah perhitungan konservatif, lebih dari 240 ribu orang, 50.000 dari mereka adalah anggota tentara. Di beberapa daerah ada kelaparan dan kekurangan kebutuhan yang paling dasar seperti air dan listrik. Ini adalah situasi yang sangat sulit dan menyedihkan”.

Bagaimana pemerintah menghadapi perang melawan terorisme?

“Suriah sedang dipertahankan dalam perang agresi internasional. Tentara Suriah dan milisi rakyat telah menanggung beratnya perang ini dengan biaya tinggi, baik material maupun manusia. Di pihak koalisi internasional yang dipimpin oleh AS, hanya sedikit untuk dikatakan. Selama lebih dari satu tahun mereka telah “membom” posisi-posisi yang diduga kelompok teroris, dan melakukan apa yang mereka bisa untuk memperkuat teroris. Ada bukti bahwa di beberapa lokasi di timur Suriah dan Irak, pesawat menurunkan senjata dan amunisi yang kemudian (benda-benda tersebut) jatuh ke tangan kelompok-kelompok ekstrimis. Pada bagiannya, milisi Suriah-Kurdi yang dikenal sebagai YPG, juga menyelesaikan tugas yang sulit dalam mempertahankan wilayah di Suriah utara, terutama di daerah utara Aleppo dan di provinsi timur Hasaka, bahkan sampai mengusir teroris dari wilayah mereka “.

Apa yang bisa Anda ceritakan tentang kejahatan terhadap perempuan, anak-anak dan orang tua serta penghancuran properti budaya?

“Mereka menskandalkan opini publik internasional. Mereka menggunakan metode yang benar-benar sadis, seperti memotong kepala musuh, atau menyalibkan orang di lapangan umum atau merajam wanita sampai mati. Mereka melemparkan homoseksual dari puncak-puncak atap bangunan dan memukul wanita yang tidak memakai jilbab atau pergi keluar seorang diri di jalanan. Apa yang dialami anak-anak yang paling menyakitkan. Mereka menutup banyak sekolah di wilayah yang diduduki dan membuka perkuliahan yang mengajarkan pentingnya bunuh diri kepada anak-anak dalam rangka mencapai tujuan, atau menjadikan anak-anak sebagai pembantu dari tukang daging yang mengeksekusi orang. (Dampak) psikologis dan sosial yang menimpa anak-anak ini sangat hebat”.

(*) Diterjemahkan oleh Mardika Putera

(**) Pertamakali diterbitkan oleh Revista Punto Akhir (Punto majalah Akhir), No. 839. Edisi: 23 Oktober-5 November dengan tahun 2015.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid