Dua Bos Air France Dipaksa Bertelanjang Dada Oleh Buruhnya

Dua bos dari Air France, Pierre Plissonnier dan Xavier Broseta, harus rela bertelanjang dada di depan umum setelah pakainnya di robek-robek oleh para buruh yang sedang menggelar aksi protes, Senin (5/5/2015).

Kejadian ini bermula dari rencana maskapai penerbangan komersil Perancis ini untuk melakukan strukturisasi. Dalam rencana restrukturisasi tersebut, Air France-KLM berencana mengurangi karyawan hingga 2900 orang hingga tahun 2017 mendatang. Akibatnya, sebanyak 1.700 ground staff, 900 kru kabin dan 300 pilot terancam kehilangan pekerjaannya.

Buruh maskapai tidak terima. Melalui serikat buruhnya, SN-PNC (pekerja navigasi) dan Confédération Générale du Travail (CGT), mereka menyerukan pemogokan umum. Mereka menilai, kebijakan maskapai itu mengorbankan nasib pekerja.

Hari senin (5/10) itu, manajemen Air France-KLM sedang melakukan pertemuan dengan perwakilan serikat buruh untuk mendiskusikan nasib pekerja. Tetapi pertemuan itu tidak membawa kemajuan. Karena kecewa, ratusan buruh yang sedang menggelar aksi merangsek masuk ke ruang pertemuan.

Kekacauan tidak terhindarkan. Buruh menyerbu manajamen perusahaan. Xavier Broseta, wakil deputi bidang sumber daya manusia (HRD) Air France, harus bertelanjang dada baju dan jasnya koyak di tangan pekerja yang marah. Beberapa foto memperlihatkan Xavier dievakuasi dengan meloncat pagar untuk menghindari kejaran pekerja.

Sementara Pierre Plissonnier, salah satu direktur Air France, juga mengalami nasib yang sama. Pakaiannya koyak setelah ia dikepung oleh ratusan buruh yang marah. Ia juga dievakuasi oleh polisi dengan meloncat dari pagar agar terhindar dari amukan massa.

Segera setelah kejadian itu, berbagai komentar datang menderas. Presiden Perancis, François Hollande, juga angkat bicara. Menurut dia, tindakan para pekerja menyerang dua eksekutif maskapai Air France telah memperburuk image Perancis.

“Terkait dialog sosial, dan ketika itu diinterupsi oleh kekerasan dan pertikaian yang tidak dapat diterima, berkonsekuensi pada gambaran dan daya tarik (negeri),” katanya.

Sekarang ini, gambar yang memperlihatkan dua eksekutif Air France-KLM dengan bertelanjang dada dan berpakaian koyak menghiasai media-media Perancis.

Sejumlah serikat buruh juga turut berkomentar. Laurent Berger, sekretaris jenderal CFDT (konfederasi serikat buruh demokratik), menganggap kejadian itu sebagai serangan “tidak bermartabat dan tidak dapat diterima.” Sedangkan Claude Mailly, aktivis Force Ouvrière (kekuatan buruh), mengaku memahami kecemasan para pekerja Air France, tetapi menyalahkan penggunaan kekerasan.

Air France berdiri di tahun 1933. Pada tahun 2004, Air France melalukan merger dengan maskapai Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), agar bisa menjadi lima besar perusahaan penerbangan dunia.

Namun, belakangan perjalanan bisnis maskapai ini meredup. Krisis yang melilit Eropa, termasuk Perancis, turut membebani perusahaan. Belum lagi persaingan dengan maskapai lain. Untuk menutupi kerugian, perusahaan ini menutup lima rute jarak jauh dan menjual 14 pesawatnya.

Aksi buruh yang berujung kekerasan ini juga bukan kali pertama terjadi di Perancis. Setidaknya, sejak krisis ekonomi meletup tahun 2009 lalu, beberapa proses negosiasi antara pekerja dan bos berujung pada kekerasan.

Seperti pada Januari 2014, ketika pekerja di pabrik Good Year di utara Perancis menyandera dua manejer perusahaan hingga pihak perusahaan memberi jawaban memuaskan.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid