Bali dan Lombok Menentang Reklamasi

Gerakan menentang proyek Reklamasi Teluk Benoa di Bali semakin membesar. Jumat (29/1) kemarin, ribuan rakyat Bali dari berbagai kalangan turun ke jalan menentang proyek tersebut.

Aksi tersebut dilansungkan di depan kantor Gubernur Bali, di jalan Basuki Rahmat, Denpasar, bertepatan dengan rapat komisi penilai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) mengenai rencana proyek reklamasi Teluk Benoa.

“Kami datang untuk menunjukkan dan menekan pemerintah, terutama komisi penilai amdal pusat bahwa reklamasi Teluk Benoa itu ditolak masyarakat Bali,” kata Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan “Gendo” Suardana.

Menurut Gendo, jumlah massa yang besar dalam aksi ini menunjukkan bahwa yang menolak reklamasi Teluk Benoa bukan hanya LSM, tetapi juga rakyat Bali.

“Tidak seperti klaim-klaim investor selama ini, seolah-olah yang menolak hanya segelintir, hanya LSM. Dan hari ini kita tunjukkan bahwa desa adat juga menolak,” tegasnya.

Gendo mengungkapkan, seluruh desa adat di pesisir sudah menegaskan sikap menolak reklamasi Teluk Benoa. Karena itu, menurut dia, tidak ada lagi alasan bagi pemerintah untuk melanjutkan proyek tersebut.

Dalam aksi tersebut, massa aksi menggelar panggung rakyat dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Sejumlah tokoh dan perwakilan masyarakat juga menyampaikan orasi.

Dalam aksi tersebut, massa aksi juga menuntut agar Presiden Joko Widodo segera membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Pasalnya, Perpres yang terbit di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu telah memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh investor PT Tirta Wahana Bali International (TWBI).

Rakyat Lombok Juga Menentang

Sementara itu, pada Rabu (27/1), ribuan rakyat dari berbagai desa di Lombok Timur juga menggelar aksi demonstrasi di kantor DPRD dan Bupati setempat. Mereka menentang rencana pengerukan pasir laut oleh PT TWBI untuk proyek reklamasi Teluk Benoa.

Sumber Foto: Fb Safrada Risma
Sumber Foto: Fb.com/Safprada Rizma

Aksi massa ribuan rakyat Lombok yang bernaung di bawah Front Perjuangan Rakyat (FPR) ini melibatkan sejumlah organisasi, seperti Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Walhi, LPSDN, OSD dan Pilar Seni.

Saat di kantor DPRD, aksi ribuan warga ini sempat diwarnai aksi kekerasan aparat kepolisian. Aparat berseragam coklat itu melempar batu dan menyemburkan gas air mata ke arah demonstran. Akibatnya, sejumlah massa aksi mengalami luka.

Masyarakat Lombok khawatir, pengerukan pasir laut itu akan merusak wilayah tangkap nelayan, ekosistem laut, dan berpotensi mendatangkan abrasi.

Data Walhi menyebutkan, terdapat sekitar 16.437 orang nelayan Lombok Timur dan 9.000 orang nelayan Lombok Barat yang yang menggantungkan hidup dari laut.

Risal Kurnia

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid