Agar Insiden Tol “Brexit” Tak Terulang

Merayakan Idul Fitri di Indonesia bukanlah hanya sebuah perayaan agama. Ia sudah menjadi peristiwa budaya yang kompleks dengan banyak sekali aktivitas masyarakat Indonesia yang unik, seperti Halalbihalal. Di samping itu adalah peristiwa yang sangat menyita energi nasional, yaitu tradisi mudik.

Ada yang bilang mudik adalah menuju udik, yaitu pulang kampung ke udiknya masing-masing dari Jakarta dan kota-kota besar di pulau Jawa sehingga kota Jakarta, misalnya,  yang biasanya sangat macet tiba-tiba menjadi lengang. Perjalanan mudik inilah yang menyebabkan jalanan sepanjang alur mudik menjadi ramai dan rawan kecelakaan.

“Karena itu keterlibatan Polisi, dalam hal ini Korps Lalu Lintas menjadi penting dan sangat dibutuhkan terlebih secara makro, keberadaan pemerintah selalu diidentikkan dengan keberadaan Polisi di jalan raya dalam melaksanakan tugasnya,”begitu kata Paring Waluyo Utomo, Direktur Eks INPITCH ,pada Konferensi Pers mengenai hasil Survey Pelayanan Polisi Selama Lebaran 2016 di Jakarta (14/7) yang diselenggarakan oleh INPITCH, Indonesia Network for Public Service Watch dan Berdikari Institut.

Apakah polisi sudah bekerja dengan baik dalam hajatan rutin tahunan ini?

Berdasarkan hasil Survey,  masyarakat puas dengan pelayanan kepolisian. Walau begitu  insiden tol “Brexit” cukup mempengaruhi penilaian masyarakat atas kinerja kepolisian.

“Bisa jadi dikarenakan responden yang berada di wilayah Tegal-Batang- merasakan atau memperoleh informasi atas peristiwa Brexit. Penilaian responden yang tadinya puas sekali dengan kepolisian di Titik Cikampek menjadi turun pada Titik Tegal, paska Brebes dan Batang,” jelas Paring Waluyo.

Dari data survey juga bisa ditemukan beberapa informasi menarik yang bisa dijadikan bahan evaluasi bagi kepolisian. Diantaranya: indeks terendah pada indikator Sinergitas dan Kejelasan Informasi.

“Gambaran yang ada pada dua indikator dengan nilai indeks terendah ini jika di-cross-kan dengan permasalahan yang terjadi sepanjang arus mudik, bukan balik, pada lebaran 2016, mempunyai korelasi yang linear. Artinya, dua hal yang harusnya mendapatkan porsi perhatian dari para penanggung jawab kelancaran arus mudik dan balik, ternyata dinilai tidak sungguh-sungguh dilakukan pemerintah,” jelas Paring Waluyo.

Dari hasil Survey ini, berikut rekomendasi yang patut untuk dijadikan bahan bagi aparatur kepolisian serta pemerintah agar pelaksanaan mudik/balik lebaran di Pulau Jawa. Khususnya, dapat berjalan lebih baik:

Pertama, mitigasi dari Pemerintah atas berbagai kemungkinan titik macet/permasalahan mudik tidak tuntas, bahkan cenderung tidak ada. Amatan INPITCH dan Berdikari Institut, kecenderungan pemudik untuk membawa kendaraan pribadi yang meningkat dan penyempitan jalur tol menjelang pintu keluar TOL, yang berdampak pada antrean yang panjang hingga mencapai 30 km saat H-2/H-1, harusnya bisa diprediksi dan disosialisasikan kepada masyarakat secara massiv jauh-jauh hari sebelum musim mudik tiba. Jika ini dilakukan, maka masalah Brexit dan permasalahan penumpukan kendaraan di sepanjang ruas tol keluar Brebes serta sepanjang kota Brebes bisa diprediksi dan diantisipasi secara dini sehingga problem-problen sosial yang muncul sepanjang arus mudik terjadi dapat diminimalisir kejadiannya;

Kedua, mekanisme konsolidasi antar instansi pemerintah perlu diperbaiki. Kesadaran bahwa mudik adalah tanggung jawab bersama harusnya tidak disikapi dengan kebijakan membuang arus kendaraan ke wilayah tetangga.

Ketiga, penyebaran informasi terkait dengan perhelatan nasional mudik lebaran diharapkan disampaikan sesuai kebutuhan dari masyarakat dan berdasarkan tugas fungsi instansi pemerintah yang mempunyai kewenangan serta tanggung jawab. Menurut pantauan INPITCH dan Berdikari Institut, informasi yang resmi disampaikan oleh instansi pemerintah– Kementerian Perhubungan, Kepolisian, Jasa Rahardja, Pengelola Jalan Tol, masih normatif dan tidak up to date bahkan cenderung hanya pencitraan saja. Upaya preventif secara spesifik harus menjadi focus dalam pemberian informasi kepada masyarakat. Perlu memang untuk dilakukan segmentasi pemudik berdasarkan tujuan mudik dan  informasi apa yang patut untuk disampaikan kepada mereka dalam mewaspadai kemungkinan terburuk saat mudik terjadi. Contoh Misalnya, untuk pemudik dari Bandung, tidak perlu mereka harus lewat tol Cipali, tetapi cukup lewat jalur selatan yang sudah ada.

AJ Susmana

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid